Page 86 - Maluku dan Luwu CMYK.indd
P. 86
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM DI KAWASAN INDONESIA TIMUR: MALUKU DAN LUWU
dan karena kesaktiannya binatang yang meminum air kencingnya dapat menjadi
hamil.
Suatu ketika sambil membawa sebuah bilah papan dari hutan, Sawerigading
kencing di atas sehelai daun pohon sukun yang tumbuh di sebuah jalan setapak.
Seekor babi yang lewat meminum air bekas kencing tersebut dan kemudian
hamil. Beberapa waktu kemudian babi itu melahirkan seorang anak laki-laki.
Setelah anak itu bertumbuh besar, ibunya membawa anak tersebut kembali ke
tempat meminum air kencing itu. Anak itu kemudian berjalan berkeliling perahu
selama dua-tiga hari sambil bernyanyi bahwa dirinya ingin menjadi nakhoda
perahu tersebut. Sang pembuat perahu menangkapnya dan menanyakan
mengapa ia bernyanyi di sana selama beberapa hari. Melihat anaknya ditangkap,
babi betina tersebut marah dan berkata hendak menggigit yang menangkap
anaknya. Si pembuat perahu kemudian hendak melemparinya dengan kapak
namun anak itu mengatakan bahwa babi itu ibunya. Pembuat perahu itu ragu
sehingga anak itu memperlihatkan tempat babi itu meminum air kencing dan
pembuat perahu tersebut menyadari bahwa anak tersebut adalah putranya
dan berjanji merawatnya bersama ibunya. Anak tersebut kemudian memaksa
bapaknya menukarkan papan haluan dan buritan perahu tersebut sebelum
berlayar. Anak itu kemudian dinamakan La Galigo Daeng Mangeppe yang
kemudian mengumpulkan awak kapalnya dan pergi berlayar (Gibson 2009: 99).
Dalam menganalisis kedua cerita mitos itu, Gibson (2009) berpendapat
bahwa babi sebagai pertanda Dunia Bawah yang mewakili daerah pegunungan
dan hutan merupakan pengejawantahan dari masyarakat Toraja yang terkurung
daratan dengan penguasaan penempaan logam. Sementara pada masyarakat
Ara merupakan perwakilan dari dunia pelayaran dan pembuatan perahu. Secara
historis, kedua mitos itu saling berhubungan erat dengan Tanah Luwu yang
memiliki produk baik emas maupun besi logam yang dihasilkan wilayahnya yang
menarik perhatian para pedagang yang berlayar melewati Ara menuju Teluk Bone
sejak dahulu kala. Penempaan logam memiliki kaitan erat dengan pembuatan
perahu dan pelayaran yang terdapat dalam kisah La Galigo yang berkaitan
dengan penebangan pohon walenrang dengan menggunakan kapak untuk
mendapatkan kayu pohon itu sebagai bahan pembuatan kapal bagi pelayaran
Sawerigading (Gibson 2009: 102). Berdasarkan hal itu, larangan memakan
70