Page 133 - SEJARAH SOSIAL DAERAH KOTA BENGKULU
P. 133
Tengah Padang, dengan pegnaturan tentang makan dan perumah-
an dilaksanakan langsung oleh Badan Wanita Indonesia. Sebagai
ketua pelaksana ibu Sofia Rd. Sabri, Nuraini, Susif ah Darsah,
Lela Utarna, dan para ibu serta putri-putri lainnya. Karena hal
tersebut merupakan peristiwa untuk mmperjelas wajah kemer-
dekaan, ditambah pula dengan usaha lain sebagai peningkatan
kegiatan yang harus diterima segenap lapisan masyarakat, maka
tanggal 24 Oktober 1945 KNI keresidenan mengadakan sidang
lengkap dengan mengundang KNI kota lain yang sempat diajak.
Sidang langsung dipimpin oleh ketuanya, A. Ali Chanafiah,
didampingi R. Abdullah sebagai wakil ketua berjalan ber-
semangat dan meningkat pahas. Semua yang diputuskan rapat
KNI yang ini sudah menjadi BPR disetujui dengan suara bulat.
Guna peningkatan usaha menegakkan kekuasaan Republik
Indonesia di Bengkulu, rapat KNI mendesak residen Bengkulu
agar meminta semua kekuasaan pemerintah diambil alih dari
Jepang. Bila Jepang masih berkeras diadakan tindakan pem-
boikatan dan pemogokan untuk menunjukkan bahwa penye-
lenggaraan pemerintah tidak tergantung kepada penguasa
Jepang tetapi di tangan Pemerintah Republik Indonesia yang
didukung oleh rakyat. Suatu sikap jantan dari KNI untuk
mendorong residen berbuat lebih banyak dan berani, di mana
konsentrasi kekuatan sudah berpadu di bawah residen sebagai
pimpinan Pemerintah Republik Indonesia tertinggi di daerah.
Keesokan harinya, tanggal 25 Oktober 1945, Residen Ir.
Indra Caya dengan didampingi oleh R. Abdullah dari pimpinan
KNI dan Nawawi Manaf dari PKR mengadakan perundingan
dengan Tyokan menyampaikan ultimatum sidang KNI tanggal
24 Oktober 1945. Tyokan lnumata berpendirian bahwa peme-
rintah dan ten tang Jepang di Bengkulu hanya bertanggungjawab
kepada pihak sekutu dan sementara pihak sekutu belum tiba
maka ia berusaha menjaga keamanannya sendiri. Dengan demi-
kian pemerintah dan balatentara J epang tidak tunduk pada
putusan KNI dan tidak perlu mendengar hasrat rakyat Bengkulu.
Perundingan yang penuh ketegangan ini berjalan tidak lancar
124