Page 190 - ETPEM2016
P. 190
‘teogenetis,’ yaitu motif yang berasal dari interaksi manusia dengan
Tuhannya. Motif inilah yang mendorong manusia untuk
merealisasikan norma-norma agamanya, termasuk untuk berahlak
baik (berperilaku etis). Bagi orang yang kuat imannya, kesediaan
berkorban tidak timbul semata-mata karena alasan lain, misalnya
ingin dipuji orang; tetapi timbul karena alasan agamanya. Misalnya,
kesediaan berkorban bagi muslim untuk menolong sesamanya
didasarkan pada lillahi ta’ala (ikhlas karena Allah SWT). Sebab jika
tidak demikian, kesediaan berkorbannya sia-sia sehingga tidak
bernilai ibadah di hadapan Tuhan. Selain motif teogenetis, terdapat
dua motif lain yang mempengaruhi sikap/perilaku seseorang yaitu
motif ‘biogenetis’ (berasal dari kebutuhan biologis) dan motif
‘sosiogenetis’ (berasal dari kebutuhan lingkungan sosial budaya
seseorang di mana ia dibesarkan/bertempat tinggal). Contoh,
seseorang bersedia berkorban demi pacarnya (motif biogenetis),
atau seseorang bersedia berkorban demi sahabatnya (motif
sosiogenetis). Bagi yang lainnya, misalnya Socrates (470-399 SM),
kesediaan berkorban didasarkan pada keyakinan akan kebenaran
filsafat hidupnya (motif filosofis?), sehingga ia siap dihukum mati
walaupun ia mempunyai peluang untuk meloloskan dirinya dari
penjara.
Motif yang tertinggi yang dengan itu seseorang merasa yakin
akan memperoleh kebahagiaan hakiki adalah motif teogenetis.
Dengan motif ini seseorang akan memiliki etika otonom sehingga
tidak memerlukan kontrol dari pihak luar untuk mengaplikasikan
etika. Tenaga endogen (tenaga dari dalam dirinya) yang berada
174