Page 184 - Jalur Rempah.indd
P. 184
174 REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
Jawa bagian barat, dikenal dalam laporan perjalanan itu disebut sebagai Chiamo
atau Chenano (Sekarang disebut Cimanuk). Diduga karena kurang dikenalnya
oleh para pelaut Portugis. Petanya jelas menunjuk Chiamo sebagai sebuah
ujung, tetapi dalam naskah itu disebutkan bahwa sebuah sungai meskipun ada
dua pemisah di antara dua pulau. Tentang tanah Sunda itu diperoleh laporan
bahwa daerah itu banyak tertutup oleh gunung daripada di Jawa dan menurut
penduduk bumiputera daerahnya jauh lebih subur. Pada saat kerajaan pertama
kali dikunjungi oleh orang Portugis, yakni pada 1521, wilayahnya mencakup
enam pelabuhan laut utama yang ditunjukkan dengan nama Chiamo, Xacatara
atau Ceravam, Tangaram, Cheguide, Pondang dan Bantam. Dengan demikian
diketahui selain Banten, tempat-tempat yang tekenal adalah Jakarta (penulis
Belanda menyebut Jakatra), Tangerang dan Pontang. Di pelabuhan-pelabuhan
ini, perdagangan yang ramai dilakasanakan oleh orang Jawa, Sumatera dan
Malaka. Akan tetapi kota terpenting di kerajaan ini adalah Dayo yang terletak di
pedalaman daerah pegunungan, yang penduduknya mencapai 50 ribu jiwa. Dapat
dipastikan bahwa kata Dayo ini kata yang mengacu pada daerah Sunda yang juga
dikenal dengan nama dayuh. Dengan ini tidak ada kota lain yang dimaksudkan
kecuali Pejajaran. Sebagai penguasa tanah Sunda, oleh De Barros seorang raja
175
(yang disebut oleh De Baros “kafir”) disebutkan bernama Samiam.
Bagaimana hubungan antara orang Portugis dan Sunda seperti disebutkan
oleh De Baros bahwa di antara produk tanah Sunda, dikenal produk lada yang
menduduki posisi pertama. Lada yang diekspor dari tanah Sunda setiap tahun
mencapai sekitar 30 ribu centenary. Pelabuhan-pelabuhan Sunda, terutama
Xakatara (Jakarta) dan Bantam (Banten), menjadi tempat penimbunan utama
komoditi lada ini, yang di samping rempah yang berasal dari Maluku tujuan
utama pembukaan pangkalan utama Portugis di Jawa akan tercapai. Akan
tetapi perdagangan dalam komoditi ini hampir seluruhnya dikuasai oleh
orang Jawa, yang melayari seluruh lautan timur dan lewat perantaraan orang
Jawa Malaka memperoleh pasokan hampir semua kebutuhan. Akan tetapi
setelah orang Portugis menguasai Pasei di Sumatera pada 1521. Mereka mulai
mengunjungi sendiri pulau itu dengan mengunjungi pelabuhan-pelabuhan
175 Mungkin kata Samian ini adalah pengacauan dari kata Sanghyang atau Sangyang, keturunan dewa. Sangat
mungkin bila raja-raja kafi r di tanah Sunda memakai gelar ini untuk membuktikan keturunan dewanya.