Page 188 - Jalur Rempah.indd
P. 188
178 REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
belum mampu membuka isolasi Banten, Sumatera harus membantu Belanda
untuk sementara agar kapal-kapal bisa memperoleh lada untuk dibawa
kembali ke Belanda.
Banten dan Aceh seperti telah dibahas sebelumnya merupakan dua
tempat utama yang memusatkan perdagangan internasional. Juga di
kedua wilayah itu, armada Belanda juga mencoba meraih keuntungan,
namun tuntutan atas lada begitu meningkat pesat yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk memenuhi permintaan itu karena harga di sana dan
di tempat lain membubung tinggi. Penguasa di kedua tempat itu dan juga
di Patani telah mengetahui bahwa lada membawa keuntungan yang sangat
besar. Mereka menggunakan wewenang yang ada untuk menaikkan harga,
179
memungut pajak serta sebanyak mungkin memonopoli perdagangan lada.
Sebagai upaya untuk memperoleh lada lebih banyak, penguasa Banten telah
berupaya untuk menyerang Palembang yang saat itu menguasai pasar lada
di Jambi dan Tulang Bawang. Perselisihan terus-menerus antara Banten
dan Palembang mengenai kepemilikan Tulang Bawang, perselisihan antara
Palembang dan Jambi mengenai kepemilikan daerah lada Tembesi, dan antara
Jambi dan Indragiri atau Johor pada 1630 tentang perkapalan di sepanjang
sungai perbatasan Tungkal dan kepemilikannya, perluasan kekuasaan Aceh
atas semenanjung Malaya dan pantai timur Sumatera merupakan pangkal
perselisihan antara Banten dan Palembang. Sementara itu, Aceh menguasai
pantai barat sampai Selebar di Bengkulu yang termasuk pengaruh Banten. Di
pihak lain, juga berlangsung perjuangan Kompeni Belanda untuk melepaskan
diri dari tekanan monopoli Aceh dan Banten.
Sebenarnya semua ini terjadi karena adanya kontrol atas Jambi. Aceh,
seperti yang telah ditunjukkan sebelumnya merosot arti pentingnya menjelang
akhir abad XVI, telah menemukan persaingan baru dalam perdagangan sebagai
akibat munculnya kapal-kapal Eropa. Namun, ketika kapal-kapal ini mencoba
180
menghindari pangkalan itu, kemunduran mulai terasa lagi.
Di pantai barat Sumatera lada pada saat itu hanya tumbuh di Indrapura.
179 Ibid, hlm. 50-53.
180 Sebelum 1603 Aceh telah mengambil lada dari Pidie, Patani, pantai barat Sumatera, Kedah, Indragiri dan
Jambi, dan tidak mengambilnya dari Jawa.