Page 186 - Jalur Rempah.indd
P. 186
176 REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA
177
Xacatara sementara yang lain tersesat. Ketika salah satu dari tiga kapal ini,
yang mengangkut kira-kira 30 pelaut Portugis mendarat, awaknya ditangkap
oleh orang-orang Islam yang telah bersiap menangkapnya. Francisco De Sa
setelah mencari-cari kapalnya yang tercerai berai, muncullah kapal-kapal
itu di Banten, karena kapal-kapal itu tersesat hingga sampai di Panarukan.
Ia merasa perlu kembali walaupun tanpa hasil karena sementara ini kota ini
sudah dikuasai oleh orang Islam. 178
Setelah dua tahun, usaha baru untuk melaksanakan kesepakatan dengan
raja Sunda, dilakukan. Namun, prosesnya tidak lancar. Pada 1528 raja muda
Goa Lopo Vaz de Sampayo memberi perintah kepada Martim Affonso de
Mello Jusarte untuk berangkat ke Sunda dengan armada delapan kapal besar
dan beberapa perahu dayung dan bermaksud membangun benteng. Tujuan
pelayaran ini dirahasiakan karena sangat sulit mengumpulkan tenaga yang
memadai guna melaksanakan ekspedisi ke tanah Sunda tanpa pembayaran gaji
di muka. Lopo Vaz de Sampayo tidak siap untuk itu. Ketika disebutkan bahwa
para tenaga kerja akan menerima hadiah di teluk Bengala. Namun, ketika
sampai di pantai Coromandel tujuan armada itu disampaikan, sebagian awak
kapal melarikan diri dan yang lain hanya bisa dicegah dengan membagikan
hadiah uang dan benda perak. Di tengah pelayaran, badai membubarkan
kapal-kapal ini di teluk Bengala. Begitu besarnya badai tersebut menyebabkan
seluruh rencana untuk berlayar ke Sunda harus dibatalkan.
177 Yang dimaksudkan sebagai Xacatara oleh penulis naskah adalah Jakatra atau Jayakarta, yang disesuaikan
dengan sistem fonologi orang Portugis.
178 Sosok yang melakukan aksi ini menurut penulis Portugis bernama Falatehan. Ia adalah seseorang keturunan
rakyat biasa, kelahiran Pasei di Sumatera, yang pada tahun 1521 ketika Banten jatuh ke tangan Portugis
meninggalkan kota itu untuk berangkat ke Mekkah dengan sebuah kapal yang penuh rempah. Di sini
selama dua atau tiga tahun ia mempelajari pengetahuan Islam, setelah itu ia kembali ke tanah asalnya untuk
menjadi juru dakwah dan penyiar agama. Akan tetapi setelah melihat daerahnya tidak lagi menguntungkan,
dia memutuskan berangkat ke Jepara di Jawa yang kotanya setelah lama diperintah oleh Pati Unus, yang
sudah tunduk di bawah penguasa Islam. Atas izin Pati Unus, Faletehan mengizinkannya untuk menyiarkan
agama itu di antara penduduk. Ia dinikahkan dengan saudarinya dan mengiziinkan Faletehan berangkat
ke Jawa Barat. Pertama-tama Faletehan menaklukan Jakatra dan dari sana bergerak ke Banten, tempat
dia mendapatkan bantuan dan kerjasama dari para pemimpin setempat. Karena raja di daerah ini berada
di pegunungan, Faletehan menganggap sangat beruntung saat itu untuk bisa menguasai kota ini. Jadi dia
mengirimkan ke Jepara permintaan bantuan dan dari sana menerima dua ribu orang bersenjata lengkap, yang
dengan bantuan ini dia merebut kota itu. Ia tidak hanya mampu menghalau orang-orang Portugis di bawah
De Sa yang muncul di sana, tetapi menimbulkan kerugian serius karena tidak bisa melakukan perlawanan
sehingga memutuskan untuk berlayar kembali ke Malaka. Veth, Java: Geographisch, hlm. 281-284.