Page 195 - Jalur Rempah.indd
P. 195
REMPAH, JALUR REMPAH DAN DINAMIKA MASYARAKAT NUSANTARA 185
menandatanganinya di luar kemampuan mereka untuk melaksanakannya,
Belanda menegaskan suatu monopoli atas pembelian rempah dengan harga
murah; dalam kesepakatan unilateral, hak istimewa diraih dengan kekerasan.
Monopoli di kepulauan yang berdampak luas harus dipertahankan oleh
banyak orang Belanda dengan kekerasan yang tampaknya merupakan satu-
satunya cara. Apa yang diterapkan Aceh di pantai Sumatera untuk lada, apa
yang diterapkan oleh orang Portugis di Maluku, apa yang biasa dilakukan
oleh orang-orang Ternate dan Tidore terhadap sesama mereka, ekpedisi
hongi diangkat oleh Kompeni Belanda dan dijadikan suatu sistem. Sistem
itu mereka gunakan untuk: pertama menghukum para pelanggar kontrak
monopoli yaitu kepada mereka yang menjual rempah kepada pedagang asing
dengan tujuan tidak memungkinkan dilaksanakannya perdagangan dengan
pedagang pesaing kompeni; kedua, untuk mempertahankan harga rempah
lewat pembatasan produksi (perusakan tanaman). Meskipun kekerasan
digunakan, tidak mudah untuk menegakkan monopoli karena pedagang asing
membayar lebih baik, membawakan mereka pasokan makanan yang menjadi
ketergantungan penduduk; ketiga, kompeni menunjukkan reaksi terhadap
propaganda Islam di antara orang-orang yang dikuasainya karena alasan
politik berusaha ditaklukkan oleh Kompeni meskipun sebenarnya ada larangan
mengenai hal tersebut dalam kontraknya. Selanjutnya orang semakin peka
terhadap Kompeni (yang dalam monopolinya mereka melihat suatu ancaman
terhadap kemakmuran dan kekayaan tradisionalnya) karena tuntutan berat yang
dibebankannya. Propaganda pan-Islamisme dilakukan dari pusat Islam lama di
Hitu atau Ambon dan didukung oleh orang-orang Banda yang berada di bawah
pengaruh Makassar. Penghancuran Maluku secara sistematis yang berusaha
dilindungi melalui ekspansi dalam ukuran tanaman, pasti membuat Belanda
menghadapi kesulitan besar dengan setiap orang di sana, termasuk sekutunya.
Hal ini mengakibatkan konflik dengan Makassar tidak dapat dihindari.
Dengan cara yang sama Kompeni telah berperang dengan Mataram,
kemudian berlanjut dengan Surabaya dan Banten, untuk membuat agar
para pedagang menjauh dari Maluku, dan tetap mempertahankan kondisi
perang dengan Makassar, memblokadenya namun tanpa hasil yang berarti,