Page 114 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 114
Variasi Bahasa 103
Standarisasi
Stadarisasi merujuk pada proses bagaimana suatu
dikodifikasi. Proses tersebut biasanya meliputi penyempurnaan hal-
hal seperti tata bahasa, ejaan, kamus dan kesustraan. Biasanya
standarisasi suatu bahasa dapat diasosiasikan dengan kejadian-
kejadian tertentu seperti penerjemahan injil oleh Martin Luther yang
dianggap sebagai awal standarisasi bahasa Jerman, kegiatan
percetakan Caxton di Britania Raya, terbitnya kamus bahasa
Inggris Dr. Jhonson di tahun 1755. Kamus bahasa Indonesia
merupakan hasil standarisasi bahasa Indonesia, dan kamus Dewan
dan Tata Bahasa Dewan merupakan hasil standarisasi bahasa
Melayu di Malaysia. Dalam standarisasi diperlukan kesepakatan
tentang apa yang harus dicapai oleh suatu bahasa, hal tersebut
dapat berupa penambahan atau pengurangan aspek bahasa. Jika
suatu bahasa mengalami proses standarisasi, maka ia dapat di
institusi-institusi formal. Selain meliputi masalah kebahasaan,
standarisasi suatu bahasa juga menyangkut masalah ideologi,
sosial, budaya dan tidak jarang pula masalah politik.
Proses standarisasi memiliki beberapa fungsi, seperti
penyatuan antara individu dengan kelompok dalam suatu
masyarakat tutur yang lebih luas, sementara pada waktu yang
sama memisahkan kelompok yang mendapat dampak dari
kelompok lain. Oleh karena itu, standarisasi dapat digunakan untuk
menggambarkan dan melambangkan beberapa jenis identitas,
seperti daerah, sosial, etnis atau agama. Suatu variasi bahasa
yang standar dapat memberikan prestis kepada penuturnya,
“memisahkan” dunia mereka yang menggunakannya dari penutur
yang menggunakan bahasa bukan standar. Standarisasi terkadang
dilakukan semata untuk kepentingan politik. Pada abad ke- 19
bangsa Finlandia mengembangkan bahasa lisannya dan
menyempurnakannya agar dapat memenuhi berbagai fungsi
kebahasaan. Mereka membutuhkan bahasa standar agar dapat
memisahkan diri dari Swedia dan Rusia. Terbukti dengan memiliki
bahasa standar sendiri, bangsa Finlandia menjadi bangsa yang
maju dan mempunyai identitas kuat di antara penutur rumpun
bahasa Jermanik di satu sisi dan penutur bahasa Slavia di sisi lain.
Di abad ke-20 usaha yang dilakukan bangsa Turki di bawah
pemerintahan Kemal Ataturk yang menstandarkan dan
“memodirnisasikan” bahasa Turki dengan mengganti sistem ejaan
bahasa Arab ke sistem ejaan bahasa Latin. Usaha yang sama
dapat diamati di Negara-negara seperti India dengan standarisasi
bahasa Hindi, Israel dengan standarisai bahasa Ibrani, Papua
Nugini dengan standarisasi bahasa Tok Pisi, dan Tanzania dengan