Page 119 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 119
108 BAB 3
yang paling terasa adalah dari segi kosakata, pelafalan, morfologi,
dan sintaksis.berdasarkan seks (jenis kelamin), kita bisa melihat
perbedaan percakapan yang dilakukan perempuan dan laki-laki.
Selain itu, coba pula perhatikan bahasa yang dihunakan oleh para
kaum waria dan gay, sekelompok manusia yang memiliki
penyimpangan seksual. Demikian pula halnya dengan perbedaan
pekerjaan, jabatan, profesi, atau jenis-jenis tugas para penutur
tersebut dapat juga menyebabkan terjadinya variasi sosial. Kita
bisa perhatikan “bahasa” yang digunakan para buruh atau tukang,
pedagang kecil, pengemudi kendaraan umum, para guru, para
mubalig, dan para pengusaha, variasi bahasa yang mereka
gunakan memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan
bahasa tersebut disebabkan oleh lingkungan tugas dan apa
pekerjaan mereka yang berbeda. Perbedaan variasi bahasa
mereka terutama tanpak pada bidang kosakata yang digunakan.
Di dalam masyarakat tutur yang masih mengenal tingkat-
tingkat kebangsawanan dapat pula kita lihat variasi bahasa yang
berkenaan dengan tingkat-tingkat kebangsawanannya. Bahasa
Jawa, bahasa Bali, dan bahasa Sunda, merupakan bahasa yang
mengenal variasi kebangsawanan. Dalam bahasa Jawa variasi
bahasa yang disebabkan oleh kebangsawanan ini disebut dengan
istilah undak usuk, dan di bahasa Bali disebut dengan istilah sor
singgih. Kondisi sosial ekonomi para penutur juga dapat
menyebabkan terjadinya variasi bahasa yang sangat jelas.
Pembedaan kelompok masyarakat berdasarkan status sosial
ekonomi ini tidak sama dengan pembedaan berdasarkan tingkat
kebangsawanan, sebab di zaman modern ini pemerolehan status
sosial ekonomi yang tinggi tidak lagi identik dengan status
kebangsawananyang tinggi. Orang yang berdasarkan keturunan
memiliki status kebangsawanan yang tinggi tetapi tidak memiliki
status sosial ekonomi yang tinggi. Sebaliknya, tidak sedikit orang
yang tidak berketurunan bangsawan tetapi memiliki status sosial
ekonomi yang tinggi.
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan variasi
bahasa berkenaan dengan tingkat, golongan, status, dan kelas
sosial para penutur. Istilah-istilah tersebut yakni: akrolek, basilek,
vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken. Selain itu, ada juga
yang menambahkan dengan istilah bahasa prokem. Akrolek adalah
variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergensi
daripada variasi sosial lainnya. Sebagai contoh, Misalnya bahasa
bagongan, yaitu variasi bahasa Jawa yang khusus digunakan oleh
para bangsawan kraton Jawa. Basilek merupakan variasi sosial
yang dianggap kurang bergengsi, atau bahkan dianggap rendah.