Page 121 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 121
110 BAB 3
pengambilan sumpah, kitab, undang-undang, akta notaris, dan
surat keputusan. Jenis variasi ini disebut ragam beku karena pola
dan kaidah penggunaannya telah ditetapkan secara tetap dan tidak
dapat diubah-ubah. Bentuk tertulis dari ragam ini dapat kita jumpai
dalam dokumen-dokumen sejarah, akta notaris, undang-undang
dasar, naskah perjanjian jual beli, dan surat sewa menyewa.
Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan
dan tidak dapat diubah-ubah lagi bahkan tekanan pelafalannya pun
juga tidak dapat diubah sama sekali. Jenis super formal merupakan
ragam bahasa yang digunakan dalam ragam bahasa ini. Oleh
sebab itu, kita tidak boleh mengubahnya begitu saja karena hal itu
sudah menjadi ketetapan yang berlaku. Di samping itu, ragam
bahasa beku juga sudah lazim digunakan sejak lama sehingga
sukar sekali untuk diubah. Jika dilihat, bentuk ragam beku ini
memiliki ciri kalimat yang panjang, sukar untuk dipenggal, sukar
untuk dibeani oleh ketentuan gramatikal yang standar. Olehnya itu,
penutur dituntut untuk serius dalam memperhatikan apa yang
ditulis atau dibicarakan.
Ragam resmi (Formal)
Ragam ini biasanya kita jumpai dalam rapat-rapat dinas,
surat-menyurat dinas, pidato-pidato kenegaraan, ceramah-ceramah
keagamaan, buku-buku pelajaran, tulisan atau karya ilmiah, dan
lain-lain. Untuk pola dan kaidah bahasanya telah ditetapkan secara
standar. Ragam resmi ini juga biasa dijumpai dalam prosesi acara
peminangan, perkuliahan, pembicaraan antara seseorang bawahan
dan atasan di kantor, pembicaraan antara mahasiswa dan dosen di
kampus, dan lain-lain. Karakteristik kalimat dalam ragam ini terlihat
lebih lengkap dan kompleks dengan menggunakan pola tata
bahasa yang standard an tepat serta penggunaan kosakata yang
standar atau baku.
Ragam usaha (Konsultatif/unplanned speech)
Variasi bahasa seperti ini sangat lazim digunakan dalam
pembicaraan yang dapat kita jumpai di dalam suasana rapat-rapat,
sekolah, atau tempat-tempat lain yang sejenis. Oleh karenanya,
ragam bahasa ini dapat dikatakan sebagai ragam yang sangat
operasional sifatnya dan disebut sebagai bahasa level ketiga sebab
ragam bahasa ini berada antara ragam bahasa formal dan ragam
bahasa santai. Dalam ragam ini, pembicara biasanya menyediakan
informasi pendahuluan lalu kemudian pendengar berpartisipasi
secara berkelanjutan dengan prinsip umpan-balik. Misalnya saat
siswa sedang berbicara kepada gurunya atau saat siswa sedang