Page 127 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 127

116                                                                BAB 3

               Bahasa standar
                     Bahasa standar mengacu pada bahasa yang penggunaannya
               telah memenuhi standarisasi kebahasaan yang dianggap jauh lebih
               benar  dari  jenis  variasi  lainnya.  Bahasa  standar  biasanya
               digunakan  dalam  suasana  formal  sebagai  ragam  bahasa  resmi,
               pada  karya-karya  tulis  formal  dan  ilmiah,  serta  di  semua  tempat-
               tempat yang formal seperti sekolah atau kampus atau perkantoran.
               Bahasa  standar  tentunya  telah  melalui  proses  kodefikasi;  proses
               standarisasi  dan  pengembangan  norma  suatu  bahasa  untuk
               menetapkan tata bahasanya, dialek, serta variasinya lalu kemudian
               dibakukan  dan  bahkan  dikamuskan.  Bahasa  standar  dapat
               dianggap  sebagai  variasi  yang  lebih  tinggi  yang  mewakili
               penggunaan yang benar dan bergengsi (Wyk, 2012). Semuanya ini
               merupakan  kerangka  kerja  dari  prinsip  kebijakan  bahasa  suatu
               Negara.  Hal  inilah  yang  membedakannya  dari  bahasa  Vernakular
               yang tidak melalui proses kodefikasi.
                     Bahasa  Indonesia  sendiri  pada  dasarnya  telah  mengalami
               beberapa kali pengaruh kebijakan. Dimulai pada abad ke-7 dimana
               bahasa  Indonesia  bermula  dari  bahasa  Melayu  dan  digunakan
               sebagai  Lingua  Franca.  Kemudian  pada  abad  16-17,  bahasa
               Melayu  berkembang  pesat  dan  menjadi  bahasa  tulis  resmi  yang
               digunakan  dalam kerajaan-kerajaan  dan Agama sehingga  meluas
               menjadi  bahasa  sehari-hari  dan  bahasa  perdagangan.  Pada  saat
               kedatangan  Islam  pertama  kali  di  Indonesia,  bahasa  Melayu
               mengalami  perubahan  penulisannya  sehingga  menjadi  bahasa
               Arab-Melayu yang dibakukan sebagai bahasa Indonesia dan ditulis
               dalam  buku  atau  kitab  Bahasa  Melayu.  Kemudian  pada  tahun
               1947,  diubah  menjadi  Ejaan  Suwandi  atau  yang  disebut  dengan
               Ejaan  Republik  Indonesia  dan  bertahan  selama  25  tahun  sampai
               pada  masa  Orde  Baru  mengubahnya  menjadi  Ejaan  Bahasa
               Indonesia  yang  Disempurnakan  pada  bulan  Agustus  1972.  Lebih
               lanjut,  pemerintah  mendirikan  suatu  badan  penerbit  yang  diberi
               nama  Commissie  Voor  De  Volkslectuur  pada  tahun  1908  yang
               kemudian  diubah  menjadi  Balai  Pustaka  pada  tahun  1917.
               Penggunaan  bahasa  Indonesia  dan  resmi  ditetapkan  sebagai
               bahasa  nasional  atau  persatuan  pada  momen  Sumpah  Pemuda
               pada  tanggal  28  Oktober  1928  dan  kemudian  dituangkan  dalam
               UUD  1945  dalam  pasal  36  bahwa  „Bahasa  Indonesia  sebagai
               Bahasa  Negara‟.  Setelah  kemerdekaan,  pemerintah  menggelar
               Kongres  Bahasa  Indonesia  untuk  melakukan  pembaharuan-
               pembaharuan  yang  berkaitan  tentang  perkembangan,  kebijakan,
               penggunaan  dan  pengajaran  bahasa  di  Indonesia  dalam  aspek
               sosial,  ekonomi,  politik  budaya,  agama,  dan  lain-lain.  Kongres  ini
   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132