Page 166 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 166
Bahasa dan Kesantunan 155
standar tidak hanya dialami oleh siswa sekolah yang masih berusia
sekolah dasar, tetapi juga siswa dewasa di SMA. Akar
permasalahan tetap saja sama, yaitu rendahnya status sosial
keluarga mereka. Di Amerika dan di Inggris golongan masyarakat
kelas pekerja identik dengan imigran atau warganegara keturunan
dari luar negara tersebut dengan status sosial ekonomi yang
rendah. Sebagai warganegara yang merasa tersisih
memungkinkan mereka membuat komunitas dengan komunikasi
yang disampaikan menggunakan bahasa standar. Di dalam
lingkungan sosial, mereka adalah “warga negara kelas 3”. Dengan
demikian, karena diperlakukan golongan sosial rendahan, mereka
memiliki interaksi sosial terbatas di antara mereka sendiri dengan
menggunakan bahasa nonstandar mereka untuk menunjukkan
solidaritas. Lingkungan bahasa seperti itu sangat tidak
menguntungkan bagi kemampuan menggunakan bahasa yang baik
dan benar sehingga membawa dampak kerugian terhadap prestasi
siswa.
Ada lingkungan tertentu di Jakarta, seperti di bantaran kali, di
pinggiran rel kereta api, atau di beberapa permukiman liar di
wilayah kumuh. Lingkungan tersebut selain menyuburkan
tumbuhnya bahasa nonstandar, bahasa prokem atau bahasa gaul
juga sangat berkembang pesat di wilayah ini. Orang yang tinggal di
wilayah ini berasal golongan ekonomi lemah dengan beragam
profesi, mulai dari pengamen, kenek angkot, pedagang asongan,
pemulung, hingga pencopet. Awalnya bahasa prokem beredar di
kalangan para pelaku kriminal dan preman, sedangkan bahasa
gaul lebih sebagai cerminan ekspresi gaya anak muda yang pandai
bersosialisasi dengan siapapun. Kedua ragam bahasa nonstandar
tersebut berkembang pula ke seluruh masyarakat di permukiman
kumuh, tidak terkecuali di kalangan anak kecil dan remaja
sekolah.Kebiasaan komunikasi dengan bahasa gaul atau bahasa
prokem sangat mempengaruhi kemampuan berbahasa Indonesia,
yang dampaknya adalah kemampuan akademis yang rendah.
Sosiolinguistik dan Linguistik Forensik
Linguistik forensik pernah diterapkan ketika seorang pria
bernama Raj dituduh melakukan usaha pembunuhan. Dengan
melibatkan seorang socio-phonetician atau pakar yang mampu
menyelidiki pengucapan etnis tertentu, ditemukan bahwa asal
muasal tuduhan terhadap pria tersebut adalah logat India barat
yang begitu kental. Ketika berada pengadilan, dia dituduh
membunuh karena cara mengucapkan kalimat dalam bahasa
Inggris yang salah. Coba perhatikan kalimat berikut.