Page 263 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 263

252                                                                BAB 5

               yang  relatif,  terutama  jika  mereka  telah  melewati  proses
               perancangan  dan  persetujuan  atau  diminta  untuk  mengikuti
               serangkaian  pedoman  dan  dapat  ditemukan  dalam  bentuk  yang
               sama di seluruh negeri. Klasifikasi  yang lebih berguna  yang telah
               diajukan  adalah  sebuah  rangkaian  dari  dinas  tetap  ke  non-
               pemerintah dan bukan kategori atau kategorisasi yang sederhana.
                     Di  sisi  lain,  Nicholas  Coupland  menyarankan  agar  semua
               lanskap linguistik dihasilkan 'dari atas', karena alasan orang untuk
               memilih  apa  yang  harus  digambarkan  dipengaruhi  oleh  ideologi
               bahasa.  Apakah  mereka  sesuai  dengan  kebijakan  bahasa  resmi
               atau  menantangnya.  Mereka  tidak  dapat  dihindari  memberikan
               kepercayaan  kebijakan  dengan  mengakui  keberadaannya  secara
               implisit.  Ini  memberi  petunjuk  mengenai  implikasi  perencanaan
               bahasa  tentang  perbedaan  antara  top-down  dan  bottom-up  atau
               relative official vs signage yang relatif tidak resmi. Analisis lansekap
               linguistik  dapat  memberikan  petunjuk  yang  berguna  mengenai
               kesenjangan yang sering terjadi antara kebijakan bahasa resmi dan
               praktik  linguistik  aktual.  Apa  yang  diperintah  oleh  pemerintah  dan
               apa  yang  terjadi  di  lapangan  seringkali  sangat  berbeda  seperti
               yang terjadi di Timor Leste.
                     Timor-Leste  adalah  negara  berpendidikan  multibahasa
               dengan sekitar 17 bahasa asli dan tiga bahasa non-pribumi yaitu:
               Portugis, Indonesia, dan Inggris, masing-masing dikaitkan dengan
               periode  pengaruh  pengaruh  luar  yang  berbeda.  Ada  dua  bahasa
               resmi,  bahasa  Portugis  dan  bahasa  Tetun.  Lingua  franca  asli
               negara  yang  diucapkan  oleh  sekitar  70  persen  populasi.  Pilihan
               bahasa Portugis sebagai bahasa resmi mencerminkan tahun-tahun
               kekuasaan  kolonial.  Ini  diikuti  24  tahun  di  bawah  kekuasaan
               Indonesia.  Pada  tahun  2002,  pasukan  penjaga  perdamaian  PBB
               tiba  untuk  membantu  transisi  menuju  kemerdekaan,  membawa
               serta mereka bahasa Inggris.
                     Sebuah analisis pada tahun 2010 tentang lanskap linguistik di
               Dili,  ibu  kota  Timor-Leste,  mengidentifikasi  materi  dalam  delapan
               bahasa  yang  berbeda  dengan  bahasa  Portugis  jelas  merupakan
               bahasa  resmi  yang  dominan.  Yang  menakjubkan,  Tetun  bahasa
               resmi pribumi sama sekali tidak terlihat pada tanda-tanda resmi di
               lanskap linguistik yang disurvei. Yang paling mengejutkan mungkin
               adalah dominasi bahasa Inggris. Tanda-tanda Inggris monolingual
               menyumbang 60 persen dari tanda-tanda yang disurvei, dan tanda-
               tanda  yang  melibatkan  bahasa  Inggris  dan  bahasa  lain
               menyumbang 15 persen lebih lanjut. Pemandangan linguistik di Dili
               memberikan  contoh  dramatis  tentang  kesenjangan  antara
               kebijakan bahasa resmi dan praktik bahasa aktual di Timor-Leste.
   258   259   260   261   262   263   264   265   266   267   268