Page 43 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 43
32 BAB 2
one code isemployed in one set of circumstances and the
other in an entirely different set.” (Wardhaugh & Fuller, 2015)
Pendapat tersebut dapat diasumsikan bahwa diglosia adalah
suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi
di mana ada dua kode yang berbeda tetapi digunakan dengan
pemisahan fungsional yan jelas berbeda. Dalam hal ini, satukode
digunakan dalam satu set yang berbeda dan kode yang lainnya
digunakan dalam kode yang berbeda juga. Fishman (2003)
menambahkan, pengertian tentang diglosia, diglossia exits not only
inmultilingual societies which officially recognize several
“language”, and not only insocieties which employ separate
dialects, registers, or funcitonally differentiatedlanguage varieties of
whatever kind”.
Pendapat Fishman tersebut dapat diartikan bahwa diglosia
tidak hanya terdapat di dalam masyakat aneka bahasa yang
secararesmi mengakui beberapa bahasa, dan tidak hanya terdapat
terdapat di dalam masyarakat yang menggunakan ragam sehari-
hari dan klasik, tetapi terdapat juga didalam masyarakat bahasa
yang memakai logat-logat, laras-laras, atau ragam-ragam jenis
apapun yang berbeda secara fungsional.
Pembahasan diglosia berkenaan dengan pemakaian ragam
bahasa rendah (ditandai dengan R) dan ragam bahasa tinggi
(ditandai dengan T) dalam suatu kelompok masyarakat. Istilah
diglosia untuk menyatakan keadaan suatu masyarakat dimana
terdapat dua variasi dari satu bahasa yang hidup berdampingan
dan masing-masing mempunyai peranan tertentu. Jadi, diglosia
ialah suatu situasi kebahasaan yang relatif stabil dimana selain
terdapat jumlah dialek-dialek utama dari suatu bahasa, juga
terdapat ragam bahasa yang lain.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat sisimpulkan
bahwa pengertian diglosia hampir sama dengan bilingualisme,
tetapi diglosia lebih cenderung digunakan untuk menunjukkan
keadaan masyarakat tutur, yakni terjadinya alokasi fungsi dari dua
bahasa atau ragam bahasa. Sehingga fenomena diglosia dapat
ditemukan pada masyarakat yang bilingual. Di Indonesia, situasi
diglosia dapat dilihat dari dua situasi yaitu (1) situasi pilihan bahasa
yaitu antara pilihan bahasa Indonesia dan bahasa daerah. (2)
situasi penggunaan varian bahasa yaitu situasi yang dikenakan
pada pilihan ragam dalam bahasa Indonesia yakni ragam baku dan
tidak baku. Tampaknya di Indonesia, dalam kehidupan sehari-hari
antara bahasa Indonesia dan bahasa daerah masing-masing
memiliki kedudukan tinggi dan rendahnya sesuai dengan
situasinya. Dalam situasi resmi personal bahasa tinggi jatuh