Page 44 - BUKU SOSIOLINGUISTIK DAN PENGAJARAN BAHASA
P. 44
Masyarakat Bahasa dan Pengajaran Bahasa 33
kepada bahasa Indonesia, kemudian dalam penggunaan ragam
baku dan tidak baku, tampak ragam baku yang merupakan ragam
tinggi dan ragam tidak baku merupakan ragam rendah. Ragam
baku sebagai ragam tinggi digunakan dalam:
a) Komunikasi resmi
b) Wacana ilmiah
c) Pembicaraan di depan umum
d) Pembicaraan dengan orang yang dihormati
Sedangkan dalam ragam tidak baku sebagai ragam rendah
digunakan dalam:
a) Tawar-menawar di pasar
b) Ceramah dalam suasana yang santai
c) Percakapan dengan teman di sekolah
d) Percakapan dengan keluarga
Ciri-ciri situasi diglosia yang paling penting adalah
pengkhususan fungsi masing-masing ragam bahasa. Ragam
bahasa tinggi khusus digunakan dalam situasi-situasi formal seperti
kegiatan keagamaan, pidato-pidato, kuliah, siaran berita,atau pada
tajuk rencana dalam surat kabar. Sebaliknya, ragam bahasa
rendah biasa digunakan dalam situasi-situasi santai seperti
percakapan sehari-hari dalam keluarga, antara teman, cerita
bersambung dalam radio, atau dalam sastra rakyat. Sehubungan
dengan kasus diglosia, kita menjumpai adanya tingkat-tingkat
bahasa dalam beberapa bahasa daerah di Indonesia, seperti
bahasa Toraja, Bugis, Makassar, Jawa, Bali, Sunda, Madura, dan
lain-lain yang masing-masing mempunyai nama. Dalam
masyarakat Sunda, dikenal undak usuk basa, di dalamnya terdapat
aturan tata bahasa yang mengatur tingkatan ragam bahasa rendah
dan ragam bahasa tinggi seperti basa cohag (ragam kasar),
basaloma (ragam untuk sesama), basa sedeng (ragam sedang
atau tengah), basa lemes (ragam halus), dan lain-lain. Dalam
bahasa Jawa terdapat bahasa ngoko (tingkat paling rendah), karma
(tingkatan tengah), krama inggil (tingkat tinggi). Keduanya memiliki
ukuran yang baku dan diakui oleh masyarakat pemakainya.
Pemakaian suatu ragam dalam bahasa-bahasa daerah itu bukan
didasarkan pada topik pembicaraan, melainkan oleh siapa
(golongan atau kelas) dan untuk siapa. Dalam masyarakat Bali,
terdapat kasta-kasta dalam masyarakatnya, ada suatuaturan
pemakaian ragam bahasa. Misalnya, kasta rendah harus
menggunakanbahasa rendah untuk sesamanya dan bahasa tinggi
untuk kasta yang lebih tinggi.

