Page 162 - KAWASAN PENILITIAN DALAM PENDIDIKAN BAHASA
P. 162
152 BAB 4
kegiatan mentransformasi pantun menjadi cerpen masuk dalam kategori
tanggapan aktif pembaca.
Pada transformasi pantun ke cerpen ini, pantun berfungsi sebagai
hipogram. Dalam teori intertekstual, hipogram berarti unsur-unsur karya
sastra baik berupa ide, kalimat, ungkapan, peristiwa, dll yang kemudian
mempengaruhi, menginspirasi, bahkan dihadirkan kembali dalam karya sastra
lain yang muncul kemudian (Hutomo dalam Sudikan, 2001). Bagian pantun
yang menjadi hipogram adalah bagian isi pantun yang dijadikan tema utama
dari cerpen.
Tidak berlebihan rasanya jika inisiatif untuk mentransformasi pantun ke
cerpen akan menjadi sebagai bentuk usaha deradikalisasi. Pantun dan cerpen
ibarat pelangi yang berwarna-warni yang membuat siapapun yang
melihatnya menjadi senang dan terpukau akan keindahannya. Jika kita pernah
melihat pelangi, maka tentulah kita dapat merasakan pengalaman bahwa
tidak ada kebencian, kekerasan, rasa pilu maupun duka. Akan tetapi, yang
tercipta adalah rasa senang dan riang gembira sampai kita tidak ingin
kehilangan suasana itu.
Pantun dalam khasanah kesusastraan di Indonesia diakui sangat
menyimpan dan menyampaikan pesan yang dalam kepada siapapun yang
membaca maupun mendengarnya, bahkan ia lahir dengan makna melampaui
kreatifitas kata-kata tersuratnya. Sebaliknya, cerpen lahir dari hasil kreatifitas
penyampaian kata-kata. Tentu tidaklah mudah untuk mentransformasi dua
buah genre sastra ini, baik itu dari cerpen ke pantun, maupun dari pantun ke
cerpen. Namun demikian, harus dipercayai dan diyakini bahwa tetap ada jalan
bagi setiap orang yang berusaha. Oleh karena itu, usaha untuk melakukan
transformasi pantun ke cerpen akan menjadi sebuah dedikasi kita dalam
menanggulangi paham radikal yang dapat mengancam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Penulis mencoba mengembangkan salah satu pendekatan
penanggulangan radikalisme melalui pendekatan pendidikan dan
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SD. Peneliti sengaja
mengangkat sastra sebagai media deradikalisasi sebab karya sastra memiliki
nilai-nilai yang sangat bermanfaat. Sastra sangat baik untuk diperkenalkan
kepada masyarakat khususnya anak-anak, sebab di masa tersebut menjadi
momen yang sangat tepat untuk menyampaikan nilai-nilai keteladanan,
menumbuhkan motivasi positif, akses latar belakang budaya yang beragam,
kebhinekaan, dan penguatan karakter.