Page 172 - KAWASAN PENILITIAN DALAM PENDIDIKAN BAHASA
P. 172
162 BAB 4
Kata-kata Rano langsung dipotong oleh Bayu ‚Aku datang ke sini untuk minta
maaf. Seharusnya aku tidak semarah itu. Itu hanyalah sebuah barang yang
nanti bisa dibeli lagi. Sementara kamu adalah sahabatku. Maafkan aku, Bayu.‛
Mereka pun bersalaman dan tertawa bersama. Bersamaan dengan itu, Bayu
merasa semua beban dalam hati dan pikirannya hilang seketika. Dia merasa
hatinya riang dan bahagia.
E. PENUTUP
Pengembangan sebuah pantun menjadi sebuah cerpen merupakan
salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk memperkaya dan
menjadikan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang
bermakna. Hal ini mengingat sastra sebagai sebuah karya imajinatif dapat
memberikan nilai-nilai tentang keteladanan, kepedulian sosial, sikap positif,
dan sebagainya kepada peserta didik. Terlebih dalam hal ini, konten-konten
sastra yang dijadikan sebagai objek pembelajaran, yaitu konten sastra yang
bermuatan pengajaran-pengajaran antiradikalisme, toleransi dalam
keberagaman, kerjasama, dan kehidupan rukun tanpa kekerasan. Dengan
berlatih dan bermain-main dengan pantun, kemudian dikembangkan menjadi
cerpen maka siswa memiliki pengalaman dan pengetahuan yang kuat, serta
akan mengembangkan karakternya sehingga lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Huda, M. (2013). Produksi Cerita Pendek Melalui Pengembangan Nilai-Nilai
Peribahasa Indonesia: Sebuah Kajian Awal.
https://publikasiilmiah.ums.ac.id
Kosasih, E. (2012). Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Penerbit
Yrama Widya.
Nugroho, D.A. (2007). 24 Jam Jago Nulis Cerpen. Bandung: Penerbit Cinta.
Nurgiantoro, B. (2013). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Pradopo, R.D. (2007). Prinsip-prinsip kritik sastra. Yogjakarta: Gadjah Mada
University Press.
Sudikan, S.Y. (2001). Metode Penelitian Kebudayaan. Surabaya: Citra Wacana.