Page 20 - Cooperative Learning
P. 20

10                                                                BAB 2


                  poin-poin  yang  sudah  mereka  kembangkan  sebelumnya.  Akan
                  tetapi  mereka  diminta  mengemasnya  lagi  dalam  bentuk  dialog
                  berpasangan. Ketika selesai mengerjakan dialog, dosen meminta
                  beberapa  pasangan  untuk  membacanya  dengan  keras.  Tidak
                  terasa  sudah  hampir  jam  10,  yaitu  di  mana  sudah  waktunya
                  perkuliahan bahasa Inggris selesai. Sebelum meninggalkan kelas,
                  mereka  diberitahukan  bahwa  minggu  depan  ada  pengambilan
                  nilai  dialog  berdasarkan  yang  sudah  dibuat  tadi,  yang  harus
                  dipresentasikan  berpasangan  tanpa  membaca  teks.  Kemudian
                  seluruh  mahasiswa  menghampiri  dosen  untuk  mencium  tangan
                  dosen tersebut dan sesi pertemuan saat itu sudah berakhir.

                     Secara umum pengajaran dengan strategi cooperative learning
               tersebut berjalan lancar. Kekurangan yang menonjol adalah bahwa

               dosen  tidak  pernah  berkeliling  di  dalam  kelas  untuk  memastikan
               apa yang sesungguhnya dikerjakan pada masing-masing kelompok
               saat  berada  di  kursi  mereka.  Sehingga  ada  dua  kelompok  yang
               sering  ketinggalan  di  dalam  melaksanakan  hampir  setiap  bagian
               tugasnya.  Sedangkan tugas  yang  satu  dengan  yang  lainnya  saling
               berkaitan  erat.  Dengan  demikian  perintah  yang  disampaikan
               dianggap tidak berada pada waktu yang tepat, sebab dua kelompok
               tersebut dibiarkan terus ketinggalan pada hampir seluruh aktivitas
               yang  harus  dikerjakan.  Sebenarnya  dosen  bisa  menghampiri
               beberapa  kelompok  yang  kesulitan  dan  mencari  tahu  apa
               penyebabnya.  Melalui  cara  tersebut,  dosen  bisa  memfasilitasi  dan
               menyarankan  bagaimana  seharusnya  aktivitas  dilaksanakan  di
               dalam kasus yang dialami kelompok tersebut. Sepertinya sebagian
               besar  anggota  dari  dua  kelompok  yang  selalu  tertinggal  tersebut
               memiliki  kemampuan  berbahasa  Inggris  yang  masih  terlalu  dasar.
               Sebab  berdasarkan  pengamatan  langsung,  terbukti  bahwa  selain
               yang ditulis sedikit, di dalam diskusi di kursi masing-masing, mereka
               terlalu sering berbicara dengan bahasa Indonesia. Di dalam diskusi
               tersebut,  mereka  berbicara  dengan  suara  pelan,  sehingga  dosen
               tidak akan tahu jika tidak menghampiri atau mendekati kelompok
               tersebut.  Sementara  itu  posisi  peneliti  berada  di  kursi  belakang,
   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24   25