Page 109 - Hikayat-Patani-The-Story-Of-Patani 1
P. 109
100 HIKAYAT PATANI
42 Seri Amar Pahlawan. Setelah sampai ke hadapan / balai gendang 1 itu
maka Raja Bima pun diradak oleh Seri Amar Pahlawan dengan lem
bingnya kena perutnya terus ke belikatnya. Maka Raja Bima pun rebah
diatas gajahnya lalu mati. Syahdan orang pun gemparlah didalam negeri
itu mengatakan Raja Bima merebut kerajaan Sultan Bahdur 2 dan Raja
Bima pun sudah mati dibunuh oleh Seri Amar Pahlawan.2
Maka menteri hulubalang pun masuklah berhimpun di balairung
berbicara hendak merajakan ganti Sultan Bahdur itu. Syahdan adapun
anak Marhum Bungsu tiadalah yang laki-lakinya lagi melainkan perem
puan juga yang adanya itu. Maka Raja Ijaulah ditabalkan orang, itulah
asal raja perempuan mulanya pada negeri Patani ini. Arakian maka
mayat Sultan Bahdur dan Raja Bima pun dikuburkan oranglah pada
langgar sebelah matahari naik [sekali itu] bersama-sama dengan raja-raja
keempat itu. Bermula Raja Ijau diatas takhta kerajaan itu dipanggil
orang Pera’cau ikut seperti nama Raja cA’isyah itulah. Dan Wan
Jaharullah pun dikaruniai nama bentara kiri dan Alung In bentara
kanan dan Seri Agar Diraja dikaruniai nama Seri Raja Kelang.3
12.
Antara berapa bulan Pera’cau kerajaan itu maka bendahara pun
bermohon mudik ke Sai berjanji tiga hari juga hendak hilir. Maka
bendahara pun mudik. Syahdan bendahara mudik itu datang kepada
tujuh hari dan sepuluh hari itu pun tiada juga bendahara hilir. Hatta
43 J dengan demikian maka dipersembahkan orang pada kebawah duli
Pera’cau mengatakan: “Bendahara itu duduk menghimpunkan segala
menteri hulubalang dan racyat hendak durhaka kebawah Duli Tuanku
dan orang yang minum air kebal1 diatas Bukit Sai itu ada empat puluh
yang tiada2 dimakan oleh2 senjata.” Maka Pera’cau pun tersenyum
menengar sembah orang itu suatu pun tiada apa titahnya. Khabar itu
pun masyhurlah.
Hatta antara berapa hari maka bendahara pun hilirlah dengan3
racyatnya ada barang lima ribu. Arakian maka dipersembahkan orang
mengatakan bendahara sudah sampai ke Tabih. Maka Pera’cau pun
42 1 A k-n-d-ng, B gading.
2 lacking in B, which, however, adds a comment on the moral lesson which this story
contains.
3 AB k-l-ng.
43 XB adds: pekan (pakan?) kulit.
2—2 B tahan bertikam dengan (“could stand stabbing”).
3 B adds segala hulubalang pencurik (r. penjurit? see 45.2) (“all the officers and
knights”).