Page 113 - Hikayat-Patani-The-Story-Of-Patani 1
P. 113

104                 HIKAYAT PATANI
                       menjunjung duli: “Yang nyawa patik ini persembah patiklah kebawah
                       Duli Yang Mahamulia.” 1 Maka titah Pera’cau: “Jikalau sungguh seperti
                       sembah khatib ini, hendaklah khatib tikam Seri Amar Pahlawan itu
                       diatas balairung kita ini, tetapi jangan dikatakan dengan suruh kita.”
                       Maka sembah khatib: “Daulat Tuanku mana titah patik junjung.”
                       Arakian maka Pera’cau pun berangkat masuk dan khatib pun bermohon
                       pulang.
                         Hatta setelah datang kepada hari Jumcat segala orangkaya-kaya yang
                       bertunggu itu pun ada enam tujuh orang duduk di balairung itu dan
                       Seri Amar Pahlawan pun ada. Arakian maka Khatib cAbduljabar pun
                       datanglah berjalan di tepi 2 balai itu seperti orang yang tiada tahu akan
                   48 tertib raja-raja lakunya. Maka segala yang duduk / itu pun semuanya
                       memandang kepada khatib. Setelah ia hampir kepada Seri Amar Pahla­
                       wan maka khatib pun mengunus keris rencongnya didalam bajunya lalu
                       ditikamnya pada Seri Amar Pahlawan kena perutnya berhamburan
                       keluar. Maka Seri Amar Pahlawan pun rebah lalu mati. Maka Khatib
                       cAbduljabar pun terdiri dengan rencongnya ditengah balairung itu.1
                       Syahdan tatkala itu Raja Megat 2 yang duduk dekat Seri Amar Pahla­
                       wan itu, maka diisyaratkan oleh Raja Megat dengan matanya suruh
                       khatib itu turun itu pun tiada juga khatib mau bergerak dari pada
                       tempatnya berdiri itu. Maka Raja Megat pun mengunus keris panjang­
                       nya lalu ditetaknya,3 kena perut Khatib cAbduljabar itu putus. Maka
                       khatib pun rebah lalu mati. Maka orang pun gemparlah. Arakian maka
                       titah Pera’cau: “Apa1 yang bunyi gempar diluar itu?” Maka sembah
                       orang itu: “Khatib cAbduljabar mengamuk diatas balairung.” Maka
                       titah Pera’cau:4 “Siapa yang ditikamnya itu?” Maka sembah orang itu:
                       “Seri Amar Pahlawan Tuanku, ditikamnya sudah mati dan khatib pun
                       mati juga, dibunuh oleh Raja Megat.” Maka titah Pera’cau: “Tarik
                       buangkan mayat khatib itu ke pintu gerbang.” Arakian maka mayat
                       khatib pun ditarik oranglah ditengah pesara 5 itu. Setelah sampai ber-
                       betulan dengan mesjid maka bilal pun bang c khatib 6 diatas mimbar.
                       Maka mayat itu pun tiada mau bergerak ditarikkan. Maka dikuatinya
                       oleh orang yang menarik mayat itu, maka tali yang diikat pada leher
                       mayat itu pun putus dan dibubuh orang tali yang lain pula. Arakian

                      2 B tengah.
                   48   XB tercengang lakunya (“stupefied”).
                      2 B regularly spells this name m-ng-g-(or k)-w-t-a (Mangkota?).
                      3 A d-p-q-t-ny, B ditikam.
                     1—4 lacking in B.             5 B pasar.
                     a~°B banglah dan khatib mesjid pun naiklah (“made the call, and the preacher went
                       up”).
   108   109   110   111   112   113   114   115   116   117   118