Page 111 - Hikayat-Patani-The-Story-Of-Patani 1
P. 111
102 HIKAYAT PATANI
masuk pintu Wang maka berjalan hendak naik ke balairung. Setelah
bendahara 4 sampai ke hadapan tangga rung itu 4 maka Pera’cau pun
45 mengambil / selendang pada tubuhnya, maka dilemparkannya kepada
bendahara, maka segera disambut oleh bendahara, dibelitkannya pada
kepalanya. Setelah sudah bendahara memakai serban itu, maka benda
hara pun mengunus keris dari pinggangnya diletakkan ke tanah. Maka 1
bendahara pun bertelut1 di bumi menjunjung duli Pera’cau tiga kali
berturut-turut. Syahdan tatkala bendahara bangkit dari pada menju
njung duli itu, maka bendahara pun menyembah pula seraya bertitah:
“Daulat Tuanku bertambah-tambah daulat sacadat Duli Tuanku diatas
takhta kerajaan yang mahamulia.” Maka bendahara pun menyembah
pula, lalu berjalan kembali berhenti di Takih. Dan Pera’cau pun berang
kat masuk ke istana.
Arakian pada malam itu semuanya segala menteri hulubalang 2 Sai
berhimpun mengadap bendahara dengan takutnya. Maka sembah segala
mereka itu: “Bagaimana Tuanku perbuat yang demikian? Habislah
hamba 3 Tuanku sekalian ini ditumpas 4 orang dan anak yang dalam
perut ibunya pun tiadakan dihidupnya.” 3 Maka bendahara pun tertawa
menengar kata segala mereka itu. Maka kata bendahara: “Jangan tuan-
tuan sekalian takut; cadat segala raja-raja tiada mengubahkan barang
yang sudah dititahkan itu.” Maka sembah sekalian mereka itu: “Pada
masa itu tiada hamba Tuanku 5 lihat bentara menjunjungkan titah
Pera’cau kepada Tuanku.” Maka kata bendahara: “Karena sudah
Pera’cau minta nyawa kepada beta.” Maka sembah segala mereka itu:
“Pada masa mana Pera’cau minta nyawa kepada Tuanku itu?” Arakian
maka bendahara pun suka tertawa melihat segala menteri hulubalang
itu sangat takut. Maka bendahara pun mengambil serban dari kepalanya
46 serta katanya: “Inilah tanda Pera’cau itu minta / nyawa kepada beta;
masakan beta semu tuan-tuan sekalian?” Maka segala mereka itu pun
baharulah suka hatinya menengar sabda bendahara itu.
Setelah keesokan harinya maka bendahara pun mudik ke Sai tiadalah
4^* Peracau terpandang kepada bendahara (“When the queen caught sight of the
bendahara”).
451—1 seraya terletak.
2 B adds: penggawa penjurit (see 43.3; or pencurat, see p. 82.42; B has here
p-n-j-w-r-t).
3—3 mati hamba datuk sekalian dibunuh orang, anak didalam perut ibu pun dialah
(? dinyalah?) dibuang tiadakan ditaruh lagi (“We shall all be killed, even infants
in their mothers’ wombs will be done away with and will not be spared”).
4 d-t-m-p-a-s.
5 B datuk dang dan (?).