Page 119 - EBOOK_Falsafah Kepemimpinan Jawa
P. 119

mengejar  titisan  Dewi  Widawati.  Apakah  telah  bersuami  ataupun  belum  tidak
               pandang  bulu,  tidak  mau  tahu.  Dalam  menuruti  segala  keinginannya:  kekejaman,
               kekerasan,  danan  paksaan  yang  berbicara  asalkan  tujuannya  tercapai.  Sebagai
               akibatnya  hidupnya  tidak  pernah  puas  dan  tentram,  selalu  terbelenggu  dan
               diperbudak oleh nafsu asmara dan mabuk kekuasaan. Dengan saudara sendiri tida-
               k pernah rukun (Kumbakarna, Gunawan), bahkan kakak tirinya yang bernama Prabu
               Danapati raja Lokapala juga diserang danan dihancurkan, untunglah ditolong dewa
               dan  Danapati  diangkat  menjadi  dewa;  terlebih  dengan  orang  atau  bangsa  lain
               dianggapnya  tidak  ada.  Tidak  mau  menerima  saran  danan  kritik,  selalu
               mengandalkan  kesaktiannya  yang  amat  dahsyat  yaitu  Aji  Pancasonya;  walaupun
               dalam  memperoleh  ajian  itu  juga  karena  mengkhianati  danan  menipu  Resi  Subali.
               Sangat  arogan,  kejam,  diktator,  adigang  adigung  adiguna,  sapa  sira  sapa  ingsun,
               manusia yang hilang kemanusiaannya. Dan kenyataannya semua keserakahan serta
               kesaktian  Prabu  Rahwana  tersebut  hancur  oleh  keutamaan,  kearifan  dan
               kebijaksanaan  Prabu  Rama;  relevan  dengan  ungkapan  Jawa:  suradira  jayaningrat
               lebur dening pangastuti.
                     Perebutan  kekuasaan  (tahta)  danan  pergantian  pemimpin  atau  raja  yang
               sampai  menimbulkan  pertumpahan  darah  atau  perang  saudara  diceritakan  dalam
               cerita  Perang  Baratayuda;  yaitu  perebutan  tahta  kerajaan  negara  Astina,
               pertempuran antara para Pandawa dengan para Kurawa yang sebenarnya keduanya
               masih saudara, samasama keturunan atau darah Barata; maka pertempuran besar
               tersebut dinamakan perang Baratayuda Jayabinangun. Perang Baratayuda itu selain
               telah  menjadi  takdir  Ilahi,  juga  terjadi  karena  ada  sekelompok  elit  politik,  pejabat
               kerajaan  yang  amat  dekat  dan  dipercaya  raja,  bahkan  masih  keluarga  (yaitu  Dewi
               Gendari  danan  Patih  Sengkuni);  namun  selalu  memanfaatkan  kesempatan  dalam
               kesempitan  dan  membuat  berbagai  rekayasa  demi  keuntungan  keluarga  atau
               kelompoknya.  Cara  yang  ditempuhnya  Raden  Kurupati  (putra  tertua  Prabu
               Destarastra)  harus  dapat  menduduki  tahta  kerajaan  Astina  dan  para  Kurawa  yang
               menjadi  anggota  kabinetnya.  Sehingga  para  Pandawa  yang  sebenarnya  berhak
               mewarisi  tahta  kerajaan  Astina  selalu  difitnah  dan  akan  dibunuh,  namun  selalu
               dilindungi dan diselamatkan dewa; berkat keluhuran dan keutamaan budi sertajasa-
               jasa  para  Pandawa  yang  dermawan,  penolong  sesama  dan  pembela  kebenaran;
               seperti  ungkapan:  becik  ketitik  ala  ketara;  wong  salah  bakale  seleh;  wong  murka
               bakale sirna.
                     Raja  Astina  yang  pantas  dijadikan  teladan  hidup,  karena  amat  memikirkan
               generasi penerus (regenerasi) adalah Prabu Abiyasa; terbukti sebelum habis masa
               jabatannya  teiah  menyerahkan  tahta  kerajaan  kepada  putra  kedua  yaitu
               Pandhudewanata  dengan  penuh  keikhlasan;  setelah  itu  Prabu  Abiyasa  selaiu
               mendekatkan diri kepada Tuhan untuk meningkatkan pemahaman dan pengalaman
               spiritual, yaitu menjadi begawan yang setiap harinya selalu membina masyarakat di
               sekitar Pertapaan Saptaarga, agar menjadi manusia utama, berakhlak mulia danan
               berbudi  luhur,  serta  bergelar  Begawan  Abiyasa..  Begawan  Abiyasa  juga  menjadi
               penasihat  spiritual  negara  Astina,  sehingga  sewaktu  Prabu  Pandu  menjadi  raja,
               kerajaan  Astina  amat  berwibawa,  disegani,  dan  ditakuti  negara-negara  tetangga.
               Salah satu negara besar yang menjadi sahabat dan bawahan negara Astina adalah
               negara  Pringgandani,  dimana  raja  raksasa  sakti  Prabu  Tremboko  tunduk,  bahkan
   114   115   116   117   118   119   120   121   122   123   124