Page 121 - EBOOK_Falsafah Kepemimpinan Jawa
P. 121
Berbagai peristiwa suksesi kepemimpinan (kekuasaan) dalam cerita wayang di
atas merupakan sanepan `gambaran' yang pantas. Disamping mengangkat wacana
dominan tentang kepemimpinan seperti tersebut sebelumnya, beberapa dalang tidak
sekedar mereproduksi wacana yang dominan, tetapi mewacanakan kepemimpinan
secara kritis, terutama ketika pertunjukan di kontekstualisasikan dengan konteksnya
sosial politiknya. Jejer pembukaan, Rabine Narasoma menggelar kerajaan Mandaraka
yang dipimpin Mandraspati. Janturan jejer pembukaan Rabine Narasoma berbeda dari
empat teks pertunjukan sebelumnya dalam mendeskripsikan sang raja.
Menurut hemat saya, suksesi kepemimpinan dalam wayang tidak terlalu rumit
dibanding realitas kehidupan orang Jawa.Oleh karena seluruh purba waesa, artinya
wewenang amat tergantung pada raja. Wayang senantiasa menunjukkan bahwa
kepemimpinan selalu ada rintangan. Kepemimpinan selalu ada godaan,baik dari dalam
suatu negara maupun dari luar negara. Tegasnya, dunia wayang hampir selalu
emnggariskan bahwa yang berhak mengganti dalam suksesi kepemimpinan harus
Pangeran Pati (laki-laki). Sebagian besar kisah pewayangan tentu berkonteks suksesi
kerajaan. Kepemimpinan senantiasa berkiblat pada raja.