Page 138 - EBOOK_Falsafah Kepemimpinan Jawa
P. 138

Petruk melebihi  kesaktian para  Dewa  dan  Penguasa  mayapada  Baca Tentang  Siapa
               Petruk.  Lantas  apa  yang  mendasari  kemudian  keluarnya  lakon  Petruk  Dadi  ratu  ?,
               jawabannya adalah kekacauan dan ketidakseimbangan.
                     Segalanya  berjalan  sudah  tidak  pada  fitrahnya,  sudah  tidak  pada  tempatnya.
               Dimana Pebisnis menjadi pejabat, dimana pemuka agama menjadi wakil rakyat, dimana
               pelawak menjadi wakil rakyat. Apa yang terjadi jika kuda makan sambal, bahkan doyan
               sambal  ?  yang  terjadi  adalah  keliaran,  sang  kuda  ngamuk.  Apa  yang  terjadi  jika
               kambing suka makan daging ? yang terjadi adalah kambing menjadi buas. Apa yang
               terjadi  ketika  harimau  memakan  rumput  ?  yang  terjadi  adalah  harimau  menjadi
               pengecut.
                     Dalam  dunia  pewayangan,  saat  gonjang-ganjing  sudah  sampai  pada  taraf  yang
               sangat  tidak  wajar,  para  punakawan—Semar,  Gareng,  Petruk,  dan  Bagong—mulai
               membangkang.  Puncak  pembangkangan  terjadi  ketika  Petruk  melabrak  Kahyangan
               Jonggring  Saloko  (istana  para  penguasa),  mengobrak-abrik  dan  mendekonstruksi
               tatanan yang selama ini dipakai para penguasa serta para elite untuk berselingkuh dan
               melakukan manipulasi. Arjuna, sang sang pimpinan yang biasanya dilayani punakawan,
               dipaksa mematuhi titah Petruk, sang raja baru. Saat itulah Petruk membuka seluruh aib
               para penguasa. Yang perlu disingkapi dalam lakon ini adalah bukan khayalan seperti
               versi  umum,  melainkan  adalah  Petruk  sebagai  pemimpin  Revolusi  yang  menjungkir
               balikan  tatanan  khayangan  yang  pada  saat  itu  memang  sudah  sangat  kacau.  Petruk
               merevolusi semua tatanan agar kembali pada tempat yang semestinya.
                     Hal itu hanya dilakukan oleh Petruk dalam satu malam, hal ini menyiratkan bahwa
               Petruk  adalah  pribadi  yang  sadar  akan  peranannya,  setelah  semua  baik,  semua
               berjalan  normal,  maka  Petruk  kembali  kepada  peranan  awalnya  menjadi  seorang
               pengabdi.  Episode  Petruk  Dadi  Ratu  Ini  ditutup  dengan  turunnya  Semar  mengatasi
               kondisi
                     ………Petruk  tersenyum mengingat peristiwa  itu.  “Ah… hanya  Hyang Widi yang
               perlu      tahu     apa      isi     hatiku,     selain     Dia      aku      tak     perduli”
               Kembali  dia  mengayunkan  “pecok”nya  membelah  kayu  bakar.  Sambil  bersenandung
               tembang pangkur: “Mingkar-mingkuring angkara, akarana karanan mardisiwi, sinawung
               resmining kidung, sinubo sinukarto….”
                     Sebagai salah satu punakawan resmi mayapada. Petruk sudah mengabdi kepada
               puluhan”ndoro” (tuan), sejak jaman Wisnu pertama kali menitis ke dunia. Hingga saat
               Wisnu menitis sebagai Arjuna Sasrabahu, menitis lagi sebagai Rama Wijaya, menitis
               lagi  sebagai  Sri  Kresna.  Petruk  tetap  di  sini  sebagai  seorang  pengabdi,  karena  itu
               adalah peranan agungnya.
                     Petruk  hanya  bisa  tersenyum  kadang  tertawa  geli,  dan  sesekali  melancarkan
               protes akan kelakuan “ndoro-ndoro” (tuan-tuan)-nya yang sering kali tak bisa diterima
               nalar.  Tapi  ya  memang  hanya  itu  peran  Petruk  di  mayapada  ini.  Dia  tidak  punya
               wewenang  lebih  dari  itu.  Meskipun  sebenarnya  kesaktian  Petruk  tidak  akan  mampu
               ditandingi oleh tuannya yang manapun juga.
                     Berbeda  dengan  Gareng  yang  meledak-ledak  dalam  menanggapi  kegilaan
               mayapada,  berbeda  pula  dengan  Bagong  yang  sok  cuek  dan  selalu  mengabaikan
               tatakrama. Petruk berusaha lebih realistis dalam menyikapi segala sesuatu yang terjadi.
               Meskipun nyeri dadanya acapkali muncul saat melihat kejadian-kejadian hasil rekayasa
               ndoro-ndoro nya.
   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143