Page 152 - EBOOK_Falsafah Kepemimpinan Jawa
P. 152
Demikianlah keris-keris tersebut baru akan bermanfaat bagi pemiliknya apabila
jiwa keris-keris itu telah luluh ke dalam dirinya. Contohnya adalah keris-keris Kyai
Nagasasra dan Kyai Sabuk Inten, yang fisiknya cemerlang seperti emas dan intan.
Apabila mereka telah luluh ke dalam diri seseorang, maka kecemerlangannya akan
hilang, menjadi seperti keris biasa saja yang bersalutkan emas dan intan. Dan orang,
yang jiwa keris-keris itu luluh ke dalam dirinya, orang itu akan memiliki sifat-sifat khusus
yang meresap di dalam dirinya. Kyai Nagasasra mempunyai karakter berwibawa,
disujuti oleh kawula, dicintai dan dihormati rakyat, berperikemanusiaan, melindungi dan
memberi kesejahteraan kepada rakyat.
Kyai Sabuk Inten mempunyai watak seperti lautan, luas tak bertepi, menampung
arus sungai dan banjir yang bagaimanapun besarnya. Dan airnya selalu bergerak ke
tempat yang membutuhkannya, tetapi gelombangnya dapat menunjukkan
kedahsyatannya bila diperlukan. Keris-keris Nagasasra dan Sabuk Inten
melambangkan perwatakan Dewa Wisnu.
Keris-keris Kyai Nagasasra dan Kyai Sabuk Inten masih harus dilengkapi dengan
Kyai Sengkelat, keris yang juga tidak kalah pentingnya. Keris yang memiliki watak
lengkap seorang prajurit sejati, mewakili perwatakan Dewa Hanoman, yang setia dan
patuh pada kewajibannya, yang bekerja dan berjuang bukan untuk kepentingan diri
sendiri, tetapi untuk tanah tumpah darah dan rakyatnya dengan penuh kejujuran dan
tanpa pamrih, dan setia menjalankan perintah-perintah Yang Maha Kuasa.
Watak-watak manusia yang demikianlah yang dicari oleh mereka, yang diharapkan
layak dan mampu menjadi pemimpin dan berbudi luhur, sejalan dengan watak dari
keris-keris tersebut. Karenanya kesejahteraan rakyat dapat dijamin dan memberi
kesempatan mengalirkan bantuannya kepada yang membutuhkannya.
Itulah sebabnya keris-keris tersebut di atas dan keris-keris lain yang dahulu
terkenal kesaktiannya, sekarang tidak ada lagi dalam kehidupan manusia. Mereka telah
moksa, masuk ke alam gaib bersama dengan fisik kerisnya, karena tidak mau jatuh ke
tangan orang-orang yang mereka tidak berkenan. Tetapi pada waktunya nanti sesudah
ditemukan sosok manusia yang sesuai dengan perkenan mereka, dengan sendirinya
mereka akan datang menggabungkan diri dengan orang tersebut tanpa perlu diminta.
Keris-keris tertentu dulu yang terkenal kesaktian dan tuahnya, karena banyak
orang yang ingin memilikinya dan memesan untuk dibuatkan, kemudian banyak
dibuatkan tiruan/turunan-nya, sehingga kemudian banyak keris yang bentuknya
seragam. Contoh keris yang banyak ditiru adalah keris Kyai Nagasasra dan Kyai Sabuk
Inten dan keris Kyai Sengkelat, dan keris-keris tiruannya sering disebut keris berdapur
nagasasra (atau berdapur naga), berdapur sabuk inten atau berdapur sengkelat.
Bila yang membuat keris-keris berdapur naga atau sengkelat itu adalah empu
yang sama dengan yang membuat keris aslinya, maka keris-keris itu disebut keris
turunannya, tetapi bila yang membuatnya adalah empu lain, maka keris-keris itu disebut
keris tiruannya (tetiron).
C. Wahyu Kepemimpinan Jawa
Orang Jawa selalu beranggapan bahwa menjadi pemimpin itu karena wahyu.
Maksudnya, tidak semua orang dapat menjadi pemimpin. Pemimpin adalah orang
pilihan. Yang dimaksud dengan wahyu, adalah karunia Tuhan. Keyakinan Jawa
pemimpin itu ada campur tangan dari dzat adikodrati. Jika sang adikodrati sudah