Page 18 - EBOOK_Falsafah Kepemimpinan Jawa
P. 18

dekat presiden Soeharto. Ketika pers memburu komentar mereka sekitar pengajuan
               pencalonan,  banyak  yang  memberi  jawaban  malu-malu  atau  bahkan  cenderung
               menghindar untuk berkomentar. Ada semacam perasaan tidak etis untuk bicara soal
               pengganti  presiden  yang  masih  berkuasa.  Akhirnya  masalah  pendominasian  para
               pejabat dan mantan pejabat itu hanya sampai di tingkat perdebatan media massa.
                    Keadaan  tersebut  tentu  saja  sangat  mempengaruhi  kekuatan-kekuatan  politik
               yang ada dalam upayanya mencari calon alternatif (hal mana yang hanya `mungkin'
               dilakukan  oleh  PPP  atau  PDI).  Memilih  calon-calon  presiden  yang  dianggap
               mumpuni, mempunvai legitimasi politik, mempunyai akseptabilitas yang tinggi, serta
               tingkat kepopuleran yang memadai hanya berasal dari kalangan pejabat atau man-
               tan pejabat, merasa sungkan atau ewuh-pakewuh dengan senior mereka yaitu Pak
               Harto sendiri, maka semakin sulitlah bagi kedua partai yang lain.
                    Kekuasaan  Jawa  memang  bercampur  dengan  kekuatan  lain.  Wibawa  pun  ikut
               bermain dalam kekuasaan Jawa. Wibawa diformat secara politik dan kadang-kadang
               juga licik. Itulah dunia kekuasaan Jawa yang berusaha menyatukan sumber-sumber
               kekuasaan  agar  tetap  cemerlang.  Kekuasaan  Jawa  hendak  di  bangun  di  atas
               fondasi  trah  (turun-temurun).  Suksesi  kepemimpinan  Jawa  terus  berpusar  pada
               orang-orang  dekat.  Oleh  sebab  itu,  kharismatik  pemimpin  selalu  menjadi
               pertimbangan khusus.

               D. Wewenang dalam Kepemimpinan Jawa
                    Setiap  pimpinan  memiliki  wewenang  memutuskan  apa  saja.  Putusan  seorang
               pimpinan akan berdampak luas. Oleh sebab itu, banyak pimpinan Jawa yang memiliki
               penasehat sebelum menggunakan wewenangnya. Buktinya, kasus PKS yang mbalela
               dalam  kenaikan  BBM,  tidak  segera  ada  tindakan  dari  SBY  sebagai  ketua  Sergap.
               Padahal  sudah  sangat  jelas  bahwa  SBY  selaku  presiden  memiiki  wewenang  yang
               disebut hak prerogative.
                    Kewenangan  memang  lekat  dengan  kekuasaan.  Mau  dipakai  atau  tidak
               tergantung keberanian mengambil resiko. Setiawan (1998:56-60) menjelaskan bahwa
               ada  beberapa  pengertian  yang  erat  kaitannya  dengan  kekuasaan,  yairi;  wewenang
               (authority) dan legitimasi (legitimacy). Sama halnya dengan konsep kekuasaan, maka
               kedua konsep inipun bermacam-macam perumusan dapatdikemukakan. Menurut Max
               Weber (1864-1922) wewenang memiliki tiga macam, yaitu tradisional, karismatik dan
               legal  rasional.  Wewenang  tradisional  adalah  wewenang  yang  berdasarkan  atas
               kepercayaan di antara anggota masyarakat bahwa tradisi serta kedudukan kekuasaan
               adalah  wajar  dan  patut  dihormati.  Wewenang  karismatik  mendasarkan  diri  pada
               adanya  kepercayaan  anggota  masyarakat  terhadap  seseorang  yang  dianggap
               memiliki  kesaktian  dan  kekuatan  mistik.  Soekarno  dan  Ayatullah  Khomeini  sering
               dianggap  sebagai  pemimpin  karismatik  meskipun  memiliki  unsur  wewenang  yang
               sifatnya  legal  rasional.  Sedang  wewenang  legal  rasional  adalah  wewenang  yang
               mendasarkan  diri  pada  kepercayaan  adanya  yang  melandasi  kedudukan  seseorang
               pemimpin. Yang penting dalam hal ini bukan orangnya tetapi aturan-aturan (rules of
               the games) yang mendasar tingkah lakunya. Berkaitan dengan pendapat Max Weber
               tersebut,  Laswell  dan  Kaplan"',  mengartikan  wewenang  sebagai  kekuasaan  formal
               (formal power). Seseorang dianggap berwenang jika la berhak mengeluarkan perintah
               dan membuat adanya kepatuhan terhadap peraturan-peraturan yang dibuatnya.
   13   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23