Page 19 - EBOOK_Falsafah Kepemimpinan Jawa
P. 19

Selain  konsep  wewenang,  juga  dikenal  konsep  legitimasi.  David  Easton
               mengartikan  legitimasi  sebagai  keyakinan  dari  anggota  masyarakat  bahwa  sudah
               selayaknya bagi masyarakat untuk menerima dan mentaati seorang pemimpin serta
               bersedia  nuemenuhi  tuntutantuntutan  dari  pemimpin  itu.  Jadi  legitimasi  berkaitan
               dengan weweinang yang ada pada seseorang, kelompok atau penauasa yang menda-
               sarkan  din  pada  kewajaran,  kesukarelaan  dari  anggota  masyarakat.  Kewajaran  ini
               berdasarkan  persepsi  bahwa  pelaksanaan  wewenang  itu  sesuai  dengan  asas-asas
               dan prosedur yang telah diterima luas oleh masyarakat dan sesuai dengan ketentuan-
               ketentuan  yang  berlaku.  Dilihat  dari  sudut  penguasa,  legitimasi  mencakup
               kemampuan untuk  membentuk dan mempertahankan kepercayaan bahwa  lembaga-
               lembaga atau bentuk-bentuk politik yang ada adalah yang paling wajar untuk anggota
               masyarakat. Jika dalam suatu sistem politik terdapat konsensus mengenai dasar dan
               tujuan-tujuan masyarakat, maka keabsahan (legitimacy) dapat tumbuh dengan kokoh,
               sehingga  unsur  paksaan  serta  kekerasan  yang  dipakai  oleh  setiap  rezim  penguasa
               dapat ditetapkan sampai seminim mungkin. Oleh sebab itu pimpinan dari suatu sistem
               politik  akan  selalu  mencoba  membangun  dan  mempertahankan  keabsahannya  di
               kalangan  rakyat  karena  keabsahan  tersebut  merupakan  dukun  dan  yang  paling
               mantap.  Akhirnya  dapat  disimpulkan  bahwa  balk  kekuasaan,  wewenang  ,  maupun
               legitimasi  pada  dasarnya  mempunyai  sifat  relasional  dan  mempunyai  peranan  yang
               sangat penting dalam sistem politik.
                    Setelah  menelusuri  aspek-aspek  umum  dari  konsep  kekuasaan  dan  konsep-
               konsep  yang  berkaitan  dengannya.  Berikut  ini  akan  dibahas  mengenai  konsep
               kekuasaan  menurut  faham  budava  Jawa.Konsep  kekuasaan  dalam  budaya  Jawa
               menurut  Anderson  (1986)  ada  empat.  Keempat  pokok  uraian  tersebut  merupakan
               hasil abstraksi Anderson setelah melihat dan mempelajari literatur-literatur Jawa dan
               gejala-gejala kekuasaan adalah berkembang dalam sejarah kerajaan-kerajaan Jawa.
               yang  menurutnya  terbagi  dalam  seperti  yang  dikemukakan  oleh  Pangeran  Poeger
               adalah Raja. Hal ini diperkuat oleh Serat Centhini."
                     "pan ki dhalang sejati jatining ratu
                     Sang ratu gantyaning nabi
                     Nabi gantyaning hyang agung
                     Ratu-ratu prasasating
                     Hyang agung kang kadular
                    Artinya, raja nabi (prabu-pandhita) adalah wujud Tuhan yang terlihat. Ini diperkuat
               juga oleh kata “kinarya wakiling Hyang Agung" dalam Wulang Reh yang melukiskan
               bahwa raja ber-tindak sebagai wakil Tuhan. Jadi kekuasaan menurut paham Jawa jika
               dikaitkan dengan politik merupakan ungkapan "kasekten" (sakti) atas dasar "wahyu'".
               Jadi meskipun penuh dengan misteri, kekuasaan itu konkrit adanya. Ini berbeda sekali
               dengan  konsep  kekuasaan  nnenurut  teori  politik  Barat  yang  mengatakan  bahwa
               kekuasaan itu abstrak, artinya kekuasaan adalah hasil abstraksi, suatu rumusan untuk
               pola-pola interaksi sosial tertentu yang kebetulan sedang diamati. Kekuasaan itu ada
                                     ,
               jika sebagian orang  patuh pada kemauan orang lain baik dengan suka rela ataupun
               tidak  dan  seseorang/kelompok  dapat  dikatakan  memiliki  kekuasaan  dengan
               menunjukkan  hubungan  sebab  akibat  antara  seseorang  atau  kelompok  tersebut
               dengan orang lain/kelompok lain.
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24