Page 77 - EBOOK_Falsafah Kepemimpinan Jawa
P. 77

diberi  arti  yang  lebih  daripada  itu.  "Budi"  meliputi  seluruh  kemampuan  dari
               manusia  yang  bersifat  moral  dan  mental,  yang  mengenai  sikap,  pikiran  dan
               tindak-tanduk manusia sebagai insan yang mempunyai cipta dan rasa.
                     Kekuatan  raga  atau  nafsu  angkara,  suatu  saat  akan  keweleh  oleh  kekuatan
               budi.  Oleh  karena  nafsu  itu  sering  memburu,  lebih  asal-asalan,  tanpa  dimasak
               matang  hingga  tindakan  sering  tidak  tertata.  Padahal  sadar  atau  tidak,budi  yang
               membangkitkan  pemimpin    semakin  bijaksana.  Sebaliknya  jika  pimpinan  tanpa
               budi, kelak akan celaka sendiri. Budi di dalam arti yang luas itu antara lain tersirat
               dalam kata-kata Sri Sunan Pakubuwana IV, (1788-1820).
                    Poma kaki padha dipun eling
                    Ing pitutur ingong
                    sira uga satriya arane
                    kudu anteng jatmika ing budi
                    ruruh sarta wasis
                    samubarangipun
               yang terjemahannya adalah:
                     dan ingat-ingatlah anak-anakku pada petuah ini
                     karena  kamu  juga  bergelar  satria  haruslah  berbudi  tenang
                     tanpa resah bertindak sabar tetapi penuh kecerdasan
                     di dalam segala-galanya
                     Budi  yang  memberi  arti  yang  demikian  penting  pada  usaha  manusia  dalam
               mencapai kesempurnaan itu memhawa kita pada pertanyaan, sampai di manakah
               manusia  daput  menentukan  jalan  hidupnya  sendiri.  Budi  yang  ikut  menata  agar
               tindakan  tidak  keweleh.  Oleh  karena,  keweleh  merupakan  buah  angkara  murka
               yang  berakibat  pada  kerendahan  diri.  Seorang  pimpinan  kalau  sudah  keweleh
               akan  jatuh  pada  kehinaan.  Perlu  diingat  bahwa  segala  sesuatu  di  dalam  alam
               semesta  ini  telah  ditentukan  jalannya  oleh  Tuhan,  diakui  kebenarannya  oleh
               orang  Jawa  dan  ia  menyatakannya  dengan  kata-kata  wis  pesthine,  wis  dadi
               pepesthen  atau  wis  dadi  kersane  Gusti  Kang  Maha  Kuwasa  (sudah  menjadi
               kehendak  Tuhan  Yang  Maka  Kuasa),  dan  aleh  karena  itu  usaha  untuk
               mengetahui kehendak Tuhan ini merupakan bidang usaha yang amat penting bagi
               orang  yang  berusaha  hingga  ia  akan  mendapatkan  ketentuan  tentang  apa
               kehendak  alam  ini  dan  vang  dengan  demikian  akan  memberi  ketentraman  pada
               flidupnya.
                     Doktrin  karma  pala  yang  terletak  dalam  bidang  pikir  ini  dan  yang  di  dalam
               falsafah Hindu begitu penting artinya, dan telah tersusun rapi dalam suatu ajaran
               yang  rumit  dan  sangat  halus  (sophisticated)  bermutu  tinggi,  tidak  begitu  banyak
               tulisan yang berasal dari abad 18 dan 19. Karma pala akan membuka aib seorang
               pimpinan  yang  bertindak  hanya  mengandalkan  nafsu.  Bisa  dibayangkan,
               bagaimana  penjilmaan-penjilmaan  tindakan  yang  lebih  sederhana  seperti  di
               dalam  lakon  wayang  tentang  Patih  Suwanda,  Resi  Bisma,  Irawan  yang  matinya
               disebabkan  oleh  tindak  yang  tidak  benar,  sehingga  ada  hukum  karma  pala.
               Sungguh  hina  kalau  karma  pala  itu  telah  berlaku,  tidak  seorang  pun  dapat
               menolaknya. Pimpinan yang terkena karma pala, dirinya akan  keweleh di depan
               umum.  Lihat  saja,  apa  yang  dilakukan  oleh  pimpinan  PKS  dan  Demokrat
               sekarang ini, harus berurusan dengnan KPK, keweleh akhirnya.
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82