Page 86 - EBOOK_Falsafah Kepemimpinan Jawa
P. 86
Ng. Ranggawarsita, banyak ramalan Jawa mesianistis yang seolah-olah
bernuansa historis.
Ramalan sang mesianis juga banyak dikenal dengan sebutan Jangka
Jayabaya. Jangka artinya ramalan jaman, yang terkait dengan paham
kekuasaan dan politik Jawa. Mesianis yang mengaku telah mendappatkan wisik,
ada yang menyebut Kaliyuga yang buruk, sebelum pada akhirnya roda itu
berputar kembali dan mengembalikan suatu zaman Kertayuga yang baru.
Ramalan jaman ini terasa terkait dengan jagad kepemimpinan Jawa, yang
mengikuti hokum cakramanggilingan. Maksudnya, bahwa ada perputaran roda
dunia kepemimpinan yang secara siklis akan berjalan. Penafsiran saya ialah
bahwa walaupun orang Jawa mungkin mempergunakan unsur-unsur kosmologi
India untuk maksud-maksud klasifikasi formal namun perasaan intuitif mereka
tentang proses historis pada dasamya adalah konsekuensi logis dari konsep
mereka tentang kekuasaan.
Dalam pemikiran Jawa yang populer sekarang ini dan dalam kepustakaan
masa dulu, sedikit saja kita temu perasaan adanya lingkaran-lingkaran, dan
adanya keruntuhan dan kebangunan yang terjadi dengan teratur. Sebagai
gantinya kita temui kontras tajam yang diadakan antara zaman emas dan zaman
edan. Kedua jenis periode sejarah ini masing-masing dianggap secara khas
sebagai masa keteraturan dan masa kekacauan.
Saya kira haI yang sangat penting ialah bahwa pandangan sejarah orang
Jawa adalah pandangan gerak bolak balik kosmologis antara masa-masa
pemusatan kekuasaan dan masa-masa terpencamya kekuasaan. Jadi urutan
historis yan kllas ialah terpusat - terpencar - terpusat - terpencar tanpa ada titik
istirahat apa pun. Dalam masing-masing masa pemusatan kekuasaan,
didirikanlah pusat-pusat kekuasaan baru (dinasti dinasti, penguasa-penguasa)
dan kesatuan diciptakan kembali. Dalam setiap masa terpencamya kekuasaan,
kekuasaan mulai'' surut dari pusat, dan dinasti yang berkuasa mulai kehilanga
haknya untuk memerintah dan timbullah kekacauan. Demikianlah seterusnya
sampai proses pemusatan mulai kembali. Pentingnya masa terpencar ini, dari
segi keharusan sejarah tidak kurang daripada pentingnya masa pemusatan,
,.
^
karena tidak melalui tahap-tahap berangsur-angsur dari reintegrasi Yang simetris
dengan proses disintegrasi.
Konsepsi sejarah ini dapat membantu menerangkan dua sifat psikologi
politik Jawa yang menonjol tetapi yang kelihatannya bertentangan, yaitu
pesimisme yang mendasar dan pada waktu yang sama juga sifatnya yang
mudah menerima imbauan-imbauan mesianis. Rasa pesimisme ini berasal dari
perasaan tentang tiadanya sifat kekal pada kekuasaan yang terpusatkan,
kesukaran yang dihadapi dalam menghimpun dan mempertahankannya, dan
perasaan tentang tidak dapat dihindarkannya kekacauan yang terdapat di
'sebelah sana' karena keteraturan. Tetapi mudahnya menerima mesianisme
dalam waktu-waktu kekacauan, timbul dari perasaan bahwa dalam kekacauan
itu selalu berlangsung pemusatan kekuasaan baru, sehingga orang harus siap-
siaga memperhatikan pratanda-pratanda kemunculan yang bakal terjadi itu, dan
segera mendekati pusat yang masih dini itu selekas mungkin serta melekatkan
diri pada orde yang baru itu segera setelah orde ini muncul.