Page 96 - EBOOK_Falsafah Kepemimpinan Jawa
P. 96

keluarga. Karena itu hubungan pengayom dengan pengayem (yang dilindungi) seperti
               halnya hubungan patron dengan client. Oleh karena dalam politik bapak yang sangat
               menentukan,  maka  semua  orang  berusaha  agar  diterima  sebagai  anak  buah.  Pada
               gilirannya anak buah sering mengucapkan: ndherek ngarsa dalem (terserah kehendak
               raja). Sistem kekuasaan patrimonial adalah diturunkan dari sosiolog Weber, pada suatu
               saat akan terjadi transisi ke arah kewenangan birokratik.
                       Tipe  budaya  politik  demikian  dinamakan  budaya  affirmatif  yaitu  budaya  isitana
               yang selalu menyetujui terhadap apa yang diputuskan. Berbeda dengan budaya critical
               yaitu  sebagai  pengritik  jalannya  roda  pemerintahan.  Budaya  critical  ini,  rupanya
               memang  tidak  berjalan  atau  beku.  Itulah  sebabnya  pemerintahan  negara  kita  selalu
               diwarnai  budaya  politik  affirmatif  yang  memonopoli  budaya  critical.  Dari  pendapat  itu
               memang telah banyak dirasakan pada masa orde baru, yaitu manakala ada rakyat yang
               bersuara  (mengritik  pemerintah), harus  dicekal,  dipenjara.  Dengan  adanya  napol dan
               tapol  yang  telah  bebas  atau  yang  masih  mendekam  di  penjara,  seperti  Sri  Bintang
               Pamungkas,  Moktar  Pahpahan,  Budiman  Sujatmika,  Xanana  Gusmou,  dll.  --  adalah
               refleksi  budaya  politik  orde  baru  yang  kurang  sehat.  Sementara  Mempen  Harmoko
               (ketika masih menjabat), pernah mengucapkan lafal  Al Fatikah keliru saja, pada saat
               membuka Festival Dalang di Surakarta, cukup menghadap Presiden Soeharto, sudah
               bebas dari ancaman hukum.
                        Budaya  politik  itu,  jelas  belum  mencerminkan  masyarakat  civil  society,
               masyarakat madani – namun baru sampai organization society. Budaya birokrasi yang
               ambaudhendha, serba kuasa, hanyalah demokrasi semu. Birokrasi ini adalah sebuah
               kekeliruan besar dari manipulasi budaya Jawa yang adiluhung.
   91   92   93   94   95   96   97   98   99   100   101