Page 123 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 123
mengarang mobilku mogok, ada kerusakan, tapi semakin lama
kami tertahan, semakin panjang dialog dan cerita, mereka jadi
punya kesempatan bertanya hal lain dan urusan menjadi rumit.
Mereka akan meminta identitas, surat izin mengemudi, bahkan
mulai mengarang-ngarang kesalahan. Lebih sial lagi kalau mereka
jadi tahu aku buronan polisi sejak tadi malam.
”Mobil kalian bermasalah? Rusak?” Petugas bertanya sekali
lagi, tinggal dua langkah. Yang satu malah mengambil inisiatif
melongok-longok memeriksa mobil.
Aku mendesah, terus berpikir mencari alasan. Kami harus
segera kabur.
”Dasar lelaki tidak berguna!” Julia sudah berteriak lebih dulu
sebelum aku memutuskan mengambil langkah apa pun.
”Berapa kali kau ketahuan selingkuh, hah? Berapa kali, Peng-
khianat?” Julia berteriak sambil mendorong dadaku, wajahnya
marah.
”Eh?” Aku bingung sejenak, berusaha menyeimbangkan
diri—hampir saja terjatuh.
”Kalau begini terus, aku minta cerai saja, cerai!” Julia sudah
pura-pura hendak menangis.
Aku menggaruk kepala, dengan cepat mengerti apa yang se-
dang dilakukan Julia.
Dua petugas patroli saling pandang, menelan ludah, urung
bertanya lebih lanjut.
”Aku tidak tahan lagi. Tidak tahan!” Julia berteriak seperti
wanita sedang emosi tinggi.
”Kau keliru, Sayang. Aku sudah berubah, lihatlah.” Astaga,
entah apa yang ada di kepalaku, sekejap kemudian aku meng-
121
Isi-Negeri Bedebah.indd 121 7/5/2012 9:51:09 AM