Page 124 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 124

ikuti mentah-mentah skenario Julia, mulai berakting macam dua
               pasangan yang sedang bertengkar, berusaha membujuknya agar

               tenang.
                 ”Kau penipu! Sekali penipu tetap penipu!”
                 ”Sungguh, Sayang. Aku sudah banyak berubah.”
                 ”Kau  lelaki  pendusta,  Fernando!”  Julia  berteriak  parau,  dan
               PLAK! Gadis itu telak menampar pipiku.
                 Dua  petugas  patroli  bahkan  berseru  tertahan,  sedikit  kaget.
               Salah tingkah harus melakukan apa.

                 ”Aku akan pergi jauh. Jangan ikuti aku.” Julia sudah membuka
               pintu mobil, masuk.
                 ”Tunggu, Esmeralda!” Aku terpincang, berusaha menyusul.
                 Tentu saja Julia akan menungguku—meski mobil sudah men-
               derum dinyalakan.
                 ”Tunggu!” Aku masuk ke dalam mobil, menutup pintu.
                 Sedetik,  mobil  melesat  bagai  peluru  meninggalkan  dua  pe-
               tugas patroli yang hanya bisa terpana.
                 Menggaruk kepala, saling tatap bingung, dua petugas patroli
               itu  akhirnya  mengangkat  bahu,  menghela  napas  panjang.  Ber-
               gumam satu sama lain, ternyata mobil keren ini menepi karena

               penumpangnya,  suami-istri  bernama  Fernando  dan  Esmeralda
               sedang bertengkar, tidak ada yang serius. Mereka tidak berselera
               mengejar, kembali masuk ke dalam mobil patroli, melaju seperti
               biasa.


                                          ***


               ”Kau  seharusnya  tidak  menamparku  sekencang  itu.”  Aku


                                         122




       Isi-Negeri Bedebah.indd   122                                 7/5/2012   9:51:09 AM
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129