Page 156 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 156

Erik, kita harus bertemu sekarang.” Pintu lift terbuka, aku me-
               lintasi lorong lantai.
                 ”Sekarang? Memangnya kau ada di mana?”

                 ”Lima detik lagi aku menekan bel apartemenmu. Nah...” Aku
               sudah memukul kasar bel di sebelah pintu jati berukiran itu.
                 ”Eh?” Kalimat Erik terputus oleh suara bel.
                 Aku memasukkan telepon genggam ke dalam saku.
                 Wajah Erik muncul di balik pintu beberapa detik kemudian.
               Dia  mengenakan  kaus,  berkeringat. ”Kau  gila,  Thom.  Ada  apa
               sebenarnya?”
                 Aku melangkah masuk, mengabaikan tampang keberatannya.
                 Erik sedang latihan squash. Dia sengaja menyulap ruang depan
               dan ruang tengah apartemen luas dan mewahnya menjadi lapang-
               an  squash  kecil.  Aku  dan  beberapa  teman  dekat  beberapa  kali
               pernah berlatih bersama. Apartemennya sepi, hanya suara televisi
               layar lebar terdengar berisik.
                 ”Kau  bermain  sendirian?”  aku  bertanya,  melihat  sekitar,
               meraih raket squash yang tergeletak.
                 Erik  mengangkat  bahu. ”Semua  orang  sibuk,  Thom.  Bekerja
               seperti besok mau kiamat, jadi tidak ada yang mau kuajak latih-
               an. Termasuk kau, tega sekali kau memotong Sabtu santaiku.”

                 Aku  melemparkan  raket  squash  ke  lantai,  meraih  remote
               televisi  di  atas  meja  kecil,  menaikkan  volume,  ada  liputan
               breaking news dari salah satu stasiun terkemuka. Pembawa acara
               sibuk melaporkan situasi terakhir di bursa saham Amerika tadi
               malam.  Indeks  Dow  Jones  jebol  nyaris  500  poin.  Itu  artinya
               kapitalisasi  saham  di  sana  menguap  4  persen  dalam  sehari,
               setara  dengan  ribuan  triliun  rupiah,  angka  yang  setara  dengan
               menyekolahkan satu miliar anak hingga lulus kuliah. Kepanikan

                                         154




       Isi-Negeri Bedebah.indd   154                                 7/5/2012   9:51:10 AM
   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161