Page 159 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 159
Bank Semesta. Temanmu yang di bank sentral itu bertugas me-
nutup-nutupi semua data, mengamini rekomendasi yang kaubuat,
sehingga petinggi bank sentral dengan mudah menyetujui proses
akuisisi sekaligus merger empat bank kecil. Kalian pasangan
yang hebat. Dua penjahat. Bank Semesta seharusnya sudah
tinggal nama di papan nisan enam tahun lalu. Kalianlah yang
berbusa menjualnya ke Om Liem.”
Erik tersengal, tapi dia tidak bisa berkomentar lagi.
”Santai saja, Sobat. Aku juga sering melakukan rekayasa lapor-
an, mempermanis angka, memperindah tampilan. Semua pe-
nasihat keuangan macam kita terbiasa dengan window dressing,
manipulasi. Bedanya, kau keliru telah memilih klien Bank
Semesta. Aku related party bank malang ini. Aku berada di pihak
yang dirugikan atas opinimu. Nah, sekarang aku akan berusaha
mati-matian menjadikan laporan enam tahun lalu ini sebagai
amunisi menghabisi kalian jika kau tidak mau membantuku.”
”Apa yang sebenarnya kauinginkan, Thom?” Erik mendesis.
”Mudah saja, Sobat.” Aku tersenyum tipis. ”Seperti yang tadi
aku bilang. Temanmu di bank sentral itu sudah menjadi pejabat
penting di sana. Mereka bilang, dia salah satu bintang dalam
hierarki karier bank sentral. Dia mengepalai dan bertanggung
jawab atas semua data, angka, dan informasi seluruh pengawasan
perbankan. Kita semua tahu, Erik, jika dia bilang A, jangankan
deputi, bahkan gubernur bank sentral juga akan bilang A. Mana
sempat deputi gubernur bank sentral mengolah data sendiri?
Mereka tidak lebih hanya orang-orang berkuasa yang duduk di
kursi nyaman. Mereka menerima semua data yang diletakkan di
atas meja, tidak sempat melakukan verifikasi bahkan konfir-
masi.
157
Isi-Negeri Bedebah.indd 157 7/5/2012 9:51:10 AM