Page 157 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 157

sedang terjadi di Amerika. Beberapa bank dan institusi keuangan
               dilaporkan  dalam  kesulitan  besar,  menyusul  Citibank,  Lehman
               Brothers. Otoritas bank sentral, pejabat senior, bahkan pengamat

               ekonomi  peraih  nobel  memberikan  komentar.  Wajah-wajah
               bergegas, wajah-wajah lelah. Siapa lagi yang akan tumbang?
                  Pembawa  acara  berpindah  ke  berita  berikutnya,  Bank
               Semesta,  bla-bla-bla,  sumber  terpercaya  terakhir  menyebutkan
               Bank Semesta akan ditutup, bla-bla-bla, risiko dampak sistemis
               di  depan  mata,  bla-bla-bla,  apakah  krisis  dunia  akan  tiba  di
               Indonesia. Aku menekan tombol mute televisi. Bisu.
                  ”Kencangkan lagi volumenya, Thom.” Erik justru tertarik. Dia
               melangkah  mendekat,  mendongak  ke  layar  televisi  yang  ter-
               gantung di dinding lapangan squash-nya.
                  ”Tidak penting, Sobat.” Aku menyeringai.
                  ”Kencangkan, Thom. Ini penting setelah begitu banyak kabar
               sampah  tentang  kondisi  terakhir  dunia  luar.”  Erik  berusaha
               meraih remote dari tanganku.
                  Aku  menepis  tangannya,  menatap  lamat-lamat  Erik  dengan
               tatapan dingin.
                  ”Eh, ada apa?” Erik menelan ludah.
                  ”Kenapa  kau  begitu  tertarik  dengan  Bank  Semesta,  Sobat?

               Atau jangan-jangan kau salah satu di antara begitu banyak orang
               yang berharap bank itu ditutup saja.”
                  ”Eh, aku?” Erik mengangkat bahu, tidak mengerti kenapa aku
               tiba-tiba sinis.
                  ”Ya, kau salah satunya. Misalnya agar rekomendasi keliru yang
               sengaja kauberikan enam tahun lalu musnah bersama hilangnya
               nama Bank Semesta, hah? Tidak ada lagi yang bisa membukti-
               kan bahwa seharusnya bank itu sudah ditutup sejak dulu.”

                                          155




       Isi-Negeri Bedebah.indd   155                                 7/5/2012   9:51:10 AM
   152   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162