Page 185 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 185
”Kau tahu alat apa ini, Thomas? Ini efektif sekali dalam setiap
interogasi. Kalau kau mau menjawab, aku singkirkan alat ini.
Kalau kau berbelit-belit, mungkin dua-tiga kali kuhunjamkan
alat ini di dada, leher, atau kepalamu agar bisa membuat mulut-
mu terbuka lebar-lebar.”
Aku menatap jeri alat setrum di tangan salah satu dari me-
reka.
”Aku konsultan keuangan profesional,” akhirnya aku ber-
suara.
Sia-sia. Belum habis kalimatku, alat setrum itu telak meng-
hunjam perutku. Rasanya seperti dicabik, seperti disengat, tidak
bisa dijelaskan. Aku berteriak, satu persen karena kaget, sisanya
karena sakit yang teramat sangat. Membuat ruangan pengap
mobil taktis sejenak terasa beku.
”Jawaban yang salah, Thomas.” Mereka menatapku dingin.
”Kami tahu lebih banyak tentang dirimu. Kau konsultan ke-
uangan. Spesialis merger dan akuisisi. Lulus dari dua sekolah
bisnis ternama luar negeri. Kami tahu itu, bahkan aku punya
nama gurumu di sekolah berasrama. Tapi siapa kau sesungguh-
nya, Thomas?”
Suara itu tidak membentak, tapi itu lebih dari cukup.
Aku tersengal, masih dengan sisa sakit setrum di perut.
Tetapi ada yang lebih sakit, yang membuatku tersengal sesak
bernapas. Lihatlah, bayangan kejadian puluhan tahun silam telah
sempurna kembali di kepalaku. Botol susu yang tumpah di
jalanan. Aku ingat sekali suara dan tatapan mereka.
Semua tetap sama.
183
Isi-Negeri Bedebah.indd 183 7/5/2012 9:51:10 AM