Page 188 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 188

Aku  berusaha  mengendalikan  napas,  berusaha  bicara  lebih
               lancar, balas menatap mereka di tengah remang. ”Om Liem, Om
               Liem  membayarku  mahal  sekali  untuk  pekerjaan  ini  beberapa

               hari lalu. Menyelamatkan Bank Semesta dan grup bisnisnya.”
                 ”Dibayar  mahal?  Apa  maksudmu?”  salah  satu  dari  mereka
               bertanya.
                 ”Dia,  dia  berjanji  akan  memberikan  sepuluh  persen  dari
               jumlah yang bisa kuselamatkan. Tidak hanya dari Bank Semesta
               dan  grup  bisnis  lokal,  tapi  juga  dari  aset  Om  Liem  di  luar
               negeri.” Aku tertawa kecil, diam sejenak. ”Meski hanya sepuluh
               persen, nilainya triliunan, lebih besar dari yang kalian bayangkan.
               Harga yang mahal sekali. Sebanding dengan risikonya.”
                 Dua orang itu saling toleh.
                 ”Kalian  tidak  tahu  itu,  bukan?”  Aku  kembali  tertawa  kecil.
               ”Taipan  tua  itu  jauh  lebih  pintar  dibanding  siapa  pun.  Ambil
               semua kekayaannya, dia masih tetap lebih kaya dibanding yang
               hilang.  Dia  menyimpan  banyak  aset  di  luar  negeri,  dan  itu  di
               luar  daftar  pendek  yang  kalian  miliki.  Daftar  aset  yang  belum
               tentu juga puluhan tahun berhasil kalian kuasai.”
                 ”Apa  maksudmu?”  Rekannya  yang  tidak  memegang  alat
               setrum agak maju ke depan.

                 Aku  menggeram,  berusaha  mengendalikan  diri.  Untuk  per-
               tama  kalinya  aku  melihat  wajah  petinggi  jaksa  ini  dari  jarak
               dekat setelah puluhan tahun. Seringai liciknya terlihat jelas.
                 ”Apa maksudku? Aku profesional sejati. Sama dengan kalian.
               Berapa tahun kalian mengejar Om Liem? Berusaha mengambil
               alih kekayaannya? Kalian pikir akan berhasil mengambil semua-
               nya setelah Bank Semesta ditutup, asetnya dijual murah?” Aku
               menggeleng, tersenyum sinis.

                                         186




       Isi-Negeri Bedebah.indd   186                                 7/5/2012   9:51:10 AM
   183   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193