Page 205 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 205
Kadek menatapku riang.
”Omong-omong, kapal besar apa yang memberikan per-
tolongan? Kapal pesiar Star Cruises?” Aku mengambil teko air di
atas mini bar.
Kadek menggeleng, menyeringai. ”Bukan, Pak Thom.”
”Kapal kontainer? Atau tanker minyak raksasa?” Aku me-
nebak lagi, sambil mengisi gelas kosong. Itu pastilah kapal besar
yang penting hingga punya dokter sendiri.
”Bukan, Pak Thom. Kapal armada tempur angkatan laut.
Mereka sedang persiapan latihan perang dua-tiga hari ke depan
di Laut Cina Selatan. Dokter militer yang membantu Opa.”
Astaga, aku hampir tersedak.
Kadek menyengir. ”Easy, Pak Thom, mereka tidak tahu siapa
Opa. Saya karang-karang saja bahwa Opa warga negara
Singapura yang sedang melaut dan tiba-tiba jatuh sakit. Om
Liem membantu dengan menceracau berbahasa Cina. Mereka
tidak banyak tanya lagi. Tidak ada yang bisa berbahasa Cina.
Hanya dokternya yang pandai berbahasa Inggris.”
Aku meletakkan gelas, menggeleng perlahan. Entahlah, hen-
dak tertawa atau menepuk dahi. Kadek ternyata jauh lebih lihai
dibanding yang kuduga—atau boleh jadi dia sama seperti
Maggie, bertahun-tahun bekerja denganku, jadi ketularan akal
bulusku.
Ruangan tengah kapal lengang sejenak.
”Kau sudah kembali, Tommi?” Om Liem menyapa. Dia meng-
geliat di sofa. Selimutnya terjatuh. Dia sepertinya terbangun
karena percakapan kami.
Aku menoleh. ”Kau sudah bangun?”
Om Liem mengangguk.
203
Isi-Negeri Bedebah.indd 203 7/5/2012 9:51:11 AM