Page 208 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 208

Semburat merah muncul di kaki langit timur. Matahari terbit.
               Aku  duduk  sendirian  di  geladak  depan  kapal.  Kadek  berbaik
               hati menyediakan segelas kopi panas beserta peralatan kerja yang

               selalu tersimpan di kapal. Lima menit aku menulis e-mail untuk
               Maggie, mengklik tombol send.
                 Masih terlalu pagi. Tetapi beberapa kapal beranjak keluar dari
               dermaga,  penumpangnya  melambai.  Hari  Minggu,  ada  banyak
               pemilik  kapal  yang  memutuskan  berlayar,  meski  jarak  pendek.
               Mereka membawa peralatan mancing atau sekadar bekal makan
               siang, lantas menuju salah satu pulau. Itu sudah lebih dari me-
               nyenangkan.  Maggie  benar,  wajah-wajah  riang,  berlibur,  ber-
               olahraga, dan berkeringat.
                 Aku  meraih  telepon  genggam,  teringat  sesuatu,  menelepon
               Julia.
                 Suara  Julia  terdengar  serak,  dia  sepertinya  terbangun  oleh
               teleponku.
                 ”Kau tidur jam berapa semalam?” aku basa-basi bertanya.
                 Julia tertawa kecil, menguap. ”Kau tahu, Thom, terakhir kali
               pertanyaan ini kudengar, itu berasal dari pacarku dua tahun lalu.
               Sebulan setelah itu, kami berpisah.”
                 Aku ikut tertawa, menatap permukaan laut yang beriak pelan,

               mengilat  oleh  cahaya  matahari  pagi,  melanjutkan  basa-basi
               percakapan. ”Apa yang terjadi? Dia selingkuh?”
                 ”Tidak, dia tipikal lelaki yang setia. Aku yang bosan, karena
               setelah  itu  dia  seperti  mendapat  inspirasi  gila,  memutuskan
               setiap  pagi  meneleponku,  bertanya, ’Kau  tidur  jam  berapa  se-
               malam, honey? Apakah tidurmu nyenyak, honey? Mimpi indah?’
               Merusak hidupku dengan menjadi jam beker.”
                 Kami berdua tertawa.

                                         206




       Isi-Negeri Bedebah.indd   206                                 7/5/2012   9:51:11 AM
   203   204   205   206   207   208   209   210   211   212   213