Page 212 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 212

kita sudah lebih dari diberkahi dewa-dewa. Bahkan kapal yang
               indah ini, tidak terbayangkan waktu aku masih berdesak-desakan
               di kapal kayu bocor, mengungsi, mencari dunia yang lebih baik.

               Boleh jadi kau benar, mereka sekali lagi memang hendak berniat
               jahat  pada  keluarga  kita.  Boleh  jadi  kau  juga  benar  soal  ada
               orang lain di belakang mereka, yang lebih jahat, lebih kuat, meng-
               inginkan  semua  perusahaan  keluarga.  Maka  semua  ini  seperti
               tidak ada ujungnya, bukan? Bukankah Liem, Edward, dan aku
               sendiri  juga  tamak?  Seharusnya  kita  berhenti  sejak  arisan
               berantai itu, seharusnya aku bilang tidak pada Liem sejak lama,
               maka  boleh  jadi  keluarga  kita  tetap  utuh.  Papamu,  mamamu,
               boleh  jadi  bisa  duduk  di  salah  satu  kursi,  ikut  sarapan  ber-
               sama.”
                 Meja makan lengang, ombak membuat kapal bergerak pelan.
               Udara  laut  di  pagi  hari  terasa  kering.  Sudah  lama  sekali  Opa
               tidak ikut berkomentar dalam urusan keluarga. Kalimat panjang-
               nya barusan bahkan membuatku menelan ludah, urung bertanya
               beberapa hal tentang kejadian masa lalu yang mungkin bisa jadi
               petunjuk masa sekarang.
                 ”Ternyata  kau  tidak  bergurau,  Tommi.”  Setelah  satu  menit
               melanjutkan  sarapan,  Om  Liem  yang  pertama  kali  memecah

               debur  ombak.  ”Kau  sungguhan  baru  saja  keluar  dari  penjara.
               Apa kabar mereka berdua? Letnan Satu Wusdi dan Jaksa Muda
               Tunga itu?”
                 Aku  tertawa  hambar.  ”Mereka  sehat.  Bahkan  lebih  sehat
               dibanding  kau.  Tidak  ada  yang  berubah  dengan  mereka.  Tapi
               ibarat  foto,  warnanya  semakin  cemerlang,  piguranya  semakin
               gagah. Aku amat mengenali suara mereka saat menghunjamkan
               alat setrum ke perutku.”

                                         210




       Isi-Negeri Bedebah.indd   210                                 7/5/2012   9:51:11 AM
   207   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217