Page 220 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 220

Aku berseru kaget, hampir terbalik.
                 ”Jangan ke sana, Thomas. Jangan ke sana.”
                 Dua, tiga, empat orang sudah menarikku masuk ke gang sem-

               pit. Wajah-wajah cemas, wajah-wajah takut.
                 Aku balas menatap mereka, bingung, apa yang telah terjadi?
               Kenapa aku tidak boleh pulang? Salah satu dari mereka justru
               menangis, memelukku erat-erat, berbisik, ”Bersabar, Nak. Tuhan
               sungguh sayang pada orang yang sabar.”
                 Sejak  hari  itu,  bagai  kapal  berputar  haluan,  kehidupanku
               berubah seratus delapan puluh derajat.
                 Terlepas dari ambisi besar Om Liem dan Papa Edward, cara-
               cara mereka berbisnis yang sering kali tegas dan keras, seluruh
               tetangga menyayangi keluarga besar kami, terutama Mama. Bagi
               kebanyakan  keluarga  yang  tinggal  di  dekat  rumah  sekaligus
               gudang tepung terigu kami, Mama adalah segalanya. Mama mem-
               beri mereka pekerjaan, membantu anak-anak sekolah, mengirim-
               kan dokter jika ada yang sakit, memberikan bingkisan setiap hari
               besar,  dan  tidak  terhitung  botol  susu  serta  makanan  yang  ku-
               bagikan.
                 Merekalah yang mati-matian menahanku sampai malam. Ke-
               tika halaman rumah kami benar-benar sepi dari orang. Karena

               aku terus berteriak, mendesak, bertanya apa yang telah terjadi,
               dini hari, beberapa tetangga dengan membawa senjata, berjaga-
               jaga, mengantarku ke sana. Aku hanya bisa jatuh terduduk, me-
               natap gentar puing hitam yang ditimpa cahaya sepotong bulan.
               Satu-dua  bara  masih  menyala,  terlihat  merah,  terdengar  ber-
               gemeletuk pelan. Aku membeku.
                 Aku sungguh tidak menangis, tidak berteriak, hanya menatap
               kosong sisa rumah dan gudang.

                                         218




       Isi-Negeri Bedebah.indd   218                                 7/5/2012   9:51:11 AM
   215   216   217   218   219   220   221   222   223   224   225