Page 233 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 233

”Yes, Sir!” Aku menaruh tangan di kening.
                  Opa menutup pintu.
                  Itu  pelayaran  pertamaku.  Sejak  hari  itu  aku  memutuskan

               memberi  nama  ”Pasifik”  pada  kapal  pesiar  besar  hadiah  Opa.
               Kadek  bergabung  lima  tahun  kemudian.  Aku  banyak  sekali
               menghabiskan waktu di kapal ini. Dalam banyak hal, masa-masa
               pentingku ada di kapal ini.
                  Belasan tahun kemudian, seperti yang kuduga, kapal ini juga
               tetap menjadi saksi hebat hidupku. Pertempuran pertama yang
               kulakukan atas nama masa lalu.


                                          ***


               Inilah pertempuran pertama itu.
                  Persis setelah penjaga gerbang dermaga menelepon, aku me-
               neriaki Opa dan Om Liem agar berlindung di kamar, menyuruh
               mereka tiarap. Aku terus berlari menuju ruang kemudi. Kadek
               sudah lompat ke arah buritan.
                  Terlambat.  Kadek  baru  setengah  jalan  melepas  ikatan  tali-
               temali  kapal,  mobil  taktis  polisi  sudah  memasuki  dermaga—
               petugas  gerbang  tidak  kuasa  menahan  mereka  lebih  lama  lagi.

               Aku yang sudah berdiri di belakang kemudi kapal, bersiap me-
               nekan  pedal  gas  sekencang  mungkin  jika  ikatan  kapal  telah
               terlepas, melihat belasan polisi berlompatan dari mobil.
                  ”Jangan  biarkan  mereka  lolos!”  Komandan  mereka  berteriak
               kencang, merobek pagi yang tenang.
                  Senjata-senjata teracung ke depan, mereka bergerak hati-hati
               mendekati kapal. Posisi mereka tinggal belasan meter dari burit-
               an.

                                          231




       Isi-Negeri Bedebah.indd   231                                 7/5/2012   9:51:11 AM
   228   229   230   231   232   233   234   235   236   237   238