Page 314 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 314
Maggie persis di tengah.
Aku dan Rudi sudah melompat masuk, bahkan sebelum pintu
sempurna terbuka.
Lihatlah! Kami sudah bertarung puluhan kali di klub.
Tetapi ini sungguh pertarungan paling hebat yang pernah ku-
lakukan. Kami seperti penari masyhur yang sedang ekstase me-
nari mengikuti gerakan tangan dan kaki, atau seperti konduktor
orkestra yang sedang memimpin pertunjukan dengan segenap
sensasi, atau seperti pelukis besar yang setengah sadar men-
campur warna, menumpahkannya di kanvas, corat-coret penuh
irama, membuat karya agung.
Masterpiece.
Tanganku sudah bergerak cepat dalam ketukan pertama, satu
tinju menghantam dagu salah satu polisi. Tubuhnya terbanting,
kepalanya menghantam dinding lift, senjatanya terlepas. Rekan-
nya berteriak, ”Awas!” Belum hilang kata awas itu di langit-langit
lift yang terasa sempit karena ada tujuh orang di dalamnya, tu-
buh polisi itu sudah menghantam dinding lift, dan Rudi meninju
pelipisnya.
Aku dan Rudi petarung terbaik klub, beringas menghabisi
lawan. Dua detik kemudian, dua polisi lain menyusul terkapar.
Salah satu polisi itu terduduk, tanpa sengaja menarik pelatuk
senjata mesin di tangannya, rentetan peluru melukis atap lift,
lampu terburai, cermin pecah berderai, suara tembakan yang
memekakkan telinga, aku dan Rudi menunduk, tanganku men-
dorong Maggie agar tiarap.
Tembakan terhenti, polisi itu sudah terkapar pingsan.
Aku lompat dengan cepat, meninju dagu polisi yang tersisa,
pukulan yang mematikan. Petugas itu melenguh kesakitan,
312
Isi-Negeri Bedebah.indd 312 7/5/2012 9:51:13 AM