Page 315 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 315
giginya rontok, keluar bercampur darah dan ludah. Rudi, dalam
waktu yang sama, sudah menghajar polisi lainnya, menghantam
leher. Polisi itu sejenak berdiri, lantas roboh tanpa suara.
Pertarungan selesai di detik kelima belas.
Rudi dengan cepat memegang kerah bintang tiga polisi yang
sejak tadi termangu menatap kejadian supercepat, ibarat me-
nonton kereta Shinkansen yang sedang melintas di hadapannya.
Sekejap, enam anak buahnya terkapar, tumpang tindih di ujung
kakinya.
”Kau bahkan tidak layak untuk menerima tinjuku.” Rudi
menggeram, mendorong bintang tiga itu jatuh terduduk, melolos-
kan pistol di pinggang petinggi polisi itu, membuang isi pistol.
Peluru berkelotakan di lantai lift.
”Ayo, Thomas, bawa stafmu pergi!” Rudi menoleh padaku,
sembarang melemparkan pistol kosong.
Aku mengangguk, mencari kunci borgol di salah satu ping-
gang petugas.
Aku membuka borgol Maggie, lantas membantunya berdiri.
Wajah Maggie pucat. Tangannya gemetar tidak terkendali. Mata-
nya basah. Dia menangis ketakutan, tetapi dia baik-baik saja.
Aku memapah Maggie keluar dari lift. Rudi berjalan di bela-
kangku.
Lobi gedung lengang.
Jam besar yang diletakkan di salah satu dinding lobi ber-
dentang sebelas kali.
Kami sudah melangkah keluar, Julia menyusul bergabung dari
toilet.
313
Isi-Negeri Bedebah.indd 313 7/5/2012 9:51:13 AM