Page 127 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 127

Tetapi Engtay memaksa. Orang-tuanya yang terdesak berjanji akan merestui jika Engtay
               mampu  membuktikan  ia  mahir  menyamar,  menjaga  diri  sendiri.  Ternyata  itu  bukan

               perkara  sulit  baginya.  Engtay  sempurna  sudah  merubah  penampilannya  menjadi

               lazimnya  gaya  lelaki  kebanyakan  saat  itu.  Bahkan  Ibunya  sendiri  tidak  mampu
               mengenalinya lagi.



               Dengan  berat  hati  dan  dengan  menyembunyikan  banyak  hal  ke  kerabat  di  Istana
               Terlarang ibukota, Engtay diijinkan pergi ke Biara Shaolin. Menimba banyak ilmu. Tidak

               sekadar kungfu yang masyhur itu, tetapi juga pengetahuan tentang sebab-akibat alam,

               puisi,  tutur-kata,  kebijaksanaan  kehidupan,  dan  berbagai  lainnya.  Engtay  tiba  di  kaki
               Gunung  Lu  bersamaan  dengan  Sampek  yang  datang  dari  perfekture  selatan.  Takdir.

               Mereka malah tinggal satu kamar.


               Awalnya benar-benar menggelikan kebersamaan mereka. Sampek yang merasa Engtay

               sempurna lelaki, bertingkah sebagaimana-mestinya dua lelaki tinggal satu kamar. Cuek,

               berganti pakaian di depan Engtay. Tidur dengan sepotong celana. Menepuk-nepuk bahu,
               bahkan  terkadang  memeluk  layaknya  dua  teman  lelaki  karib.  Engtay  yang  bingung

               karena  mereka  harus  tidur  seranjang,  beruntung  tidak  hilang  akal,  ia  membual  soal
               penyakit kulit yang dideritanya. Maka sejak malam pertama, mereka tidak pernah tidur

               seranjang. Sampek mengalah tidur  di  tikar pandan. Menyisakan satu-satunya  ranjang

               kayu yang ada di kamar untuk Engtay.


               Dua tahun berlalu, Sampek tak sekalipun menyadari Engtay seorang perempuan. Kalau

               teman  sekamarnya  saja  tidak  tahu  apalagi  ratusan  murid  Biara  Shaolin  lainnya.  Juga
               rahib-rahib  suci  yang  memimpin  biara.  Rahasia  ganjil  itu  sempurna  tersembunyi.

               Hingga dua hari lalu.


               Sekitar  patung  Budha  di  ruang  depan  Pagoda  Hukuman  lengang,  menyisakan  Engtay

               yang sekarang membalut luka-luka di sekujur tubuh Sampek.


               ”Maafkan  aku  telah  membuatmu  melewati  Pagoda  Lima  Tingkat.”  Engtay  menatap

               wajah Sampek. Mata yang menatap penuh penghargaan.
   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132