Page 136 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 136

benar-benar  bagai  setetes  air  yang  hendak  menghancurkan  tembok  batu  raksasa.

               Sampek memang dengan gagah-berani mendatangi kediaman Engtay. Tetapi saat itulah
               Sampek menyadari kalimat di surat itu tidak bohong.



               Nama Putra Mahkota tidak salah tulis.


               Sampek  yang  tidak  akan  pernah  mengerti  tembok  setinggi  apa  yang  sedang

               dihadapinya, menemukan dua ribu prajurit dan selusin pendekar ternama di gerbang
               Istana Terlarang. Sampek, pemuda kampung, dengan kepala botak, polosnya bertanya

               tentang Engtay. Hanya tertawaan yang dia dapat. Hanya tatapan merendahkan yang dia

               terima. Siapa pula pemuda gembel ini? Celaka, saat Sampek dengan polosnya berkata
               dia berasal dari Biara Shaolin, itu sama saja mengundang seribu bala.



               Selusin  prajurit  sontak  mengurungnya.  Mengacungkan  pedang  dengan  marah.  Sudah
               terbetik  kabar,  Biara  Shaolin  akhirnya  memutuskan  mendukung  pemberontak.

               Perkelahian  di  gerbang  Istana  Terlarang  seketika  terjadi.  Mudah  saja  bagi  Sampek

               melumpuhkan selusin prajurit tersebut. Juga puluhan prajurit lainnya. Tetapi saat dua
               ribu  prajurit  dan  belasan  pendekar  hebat  itu  serempak  menyerang,  tubuh  Sampek

               segera  bermandikan  darah. Lima  sabetan pedang mengiris dadanya. Dua  anak panah
               menembus paha. Satu pukulan bertenaga dalam menghantam perutnya, membuatnya

               muntah darah.


               Tubuh Sampek terguling tak-berdaya.



               Malam itu langit mendung. Ibukota senyap. Jam malam. Lolongan anjing liar di kejauhan
               terdengar memekakkan telinga. Membuat hati bergetar mendengarnya. Tapi tidak se-

               bergetar tubuh Sampek sekarang yang meringkuk penuh luka. Dia bisa bertahan sejauh
               itu atas nama cinta. Dia tetap bisa melawan selama itu karena ingin bertemu Engtay.



               Salah  satu  pendekar  paling  tesohor  di  daratan  China,  Ketua  Partai  Bulan-Anggrek
               bersiap mengirimkan pukulan pamungkas terakhirnya, Sejuta Cahaya Rembulan, yang

               konon katanya bisa meruntuhkan sebuah gunung. Ketika Sampek membisikkan lemah
   131   132   133   134   135   136   137   138   139   140   141