Page 140 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 140

pendekar  kungfu  Dinasti  Tang  menghadang.  Beruntung  kemasyhuran  kungfu  Biara

               Shaolin bukan omong-kosong. Meski lima rahib suci terluka, mereka berhasil memukul
               mundur para penghadang.



               Mereka akhirnya tiba di kaki Gunung Kwa Loon.
               Bahkan bagi Sampek yang sebenarnya tidak peduli dengan perjalanan tersebut merasa

               ganjil sekali  saat  tiba  di  tempat  tujuan. Mereka  ternyata hanya  diperintahkan Kepala

               Biara  menjemput  seorang  tua-renta  di  kaki  Gunung  Kwa  Loon.  Benar-benar  renta.
               Untuk  membawanya  kembali  ke  Biara  Shaolin,  Sampek-lah  yang  harus

               menggendongnya.  Jadi  semakin  ganjil  saja  rombongan  itu.  Selusin  rahib  suci  Biara

               Shaolin  bersama  seorang  pemuda  yang  selalu  measang  wajah  menangis  tanpa  suara,
               menggendong seorang kakek tua-renta.



               Malam itu adalah malam ketujuh, bulan ketujuh.


               Malam pernikahan Engtay. Rombongan itu baru dua hari perjalanan kembali ke Biara

               Shaolin.  Mereka  sedang  melewati  padang  rumput  luas.  Malam  itu  Sampek  mengeluh
               lebih  kencang,  menangis  dalam  diam  membayangkan  wajah  Engtay  yang  bercahaya

               bagai purnama di malam pernikahannya. Celaka, ketika mereka tiba di tengah-tengah
               padang  rumput,  saat  beberapa  rahib  mulai  jengkel  dengan  keluhan  Sampek  yang

               mengeras,  saat  itulah  seribu  pasukan  kerajaan  yang  diperintahkan  mengejar

               menghadang mereka. Bermunculan dari balik rumput dan ilalang setinggi pinggang.


               “Sampek,  kau  bawa  kakek-renta  itu  bersembunyi!  Bergegas!!”  Rahib  Penjaga  Pagoda

               membentak       Sampek     untuk    segera   menyingkir,     memimpin      rahib   lainnya
               mempertahankan diri.


               Sampek tertatih dengan tangis tanpa suaranya menuju bongkahan batu raksasa di dekat

               mereka. Duduk bersembunyi.


               “Malam  ini,  kita  akan  menghadiahi  pernikahan  Putra  Mahkota  dengan  menghabisi

               rombongan  rahib  suci  Biara  Shaolin.”  Panglima  Perang  kerajaan  berteriak.  Tertawa

               lebar.
   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144   145