Page 144 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 144

Bertahan  mati-matian  dari  air-bah  serbuan  lawan.  Rombongan  rahib  suci  malam  ini

               sepertinya benar-benar akan binasa.


               “Aku  akan  selalu  mencintaimu,  Engtay.”  Sampek  mendesis  lemah  dengan  sisa-sisa

               tenaganya.  Dua  belas  anak  panah  meluncur  ke  arahnya.  Sembilan  larik  cahaya  biru
               pukulan  dari  sembilan  pendekar  bayaran  Dinasti  Tang  melesat  bersiap  menghantam

               dadanya.


               Maut bersiap menjemput Sampek.



               Biarlah. Dia tidak akan marah atas segala takdir ini. Sampek tersenyum lemah. Wajah
               Engtay  yang  tersenyum  di  bawah  rumpun  bambu  terlihat  jelas  di  pelupuk.  Aku  akan

               pergi, Engtay. Satu pedang menebas bahunya. Anak panah itu semakin dekat. Sembilan

               larik cahaya biru lebih dekat lagi.


               Saat itulah!


               Saat itulah terjadi hal menakjubkan yang pernah ada. Yang akan selalu diingat siapapun

               yang  pernah  melihatnya.  Mendadak  kelamnya  malam  dibuncah  oleh  suara  seruling
               penuh  kesedihan.  Hiruk-pikuk  pertempuran  dihentikan  oleh  serunai  panjang  yang

               mengiris-iris hati. Mendengking membuat bibir kelu, kaki gemetar, dan mata berkaca-

               kaca. Nyanyian kesedihan terhebat yang pernah ada.


               Langit  sempurna  terang-benderang.  Entah  dari  mana  cahaya  itu,  kemilau  putih  tiada

               tara mengungkung padang-rumput. Seperti ada yang jahil melontarkan seribu kembang
               api di angkasa. Lagu kesedihan itu semakin kencang. Belasan anak panah yang melesat

               mengarah ke Sampek luruh seketika. Sembilan larik cahaya biru pukulan tenaga dalam
               yang  bersiap  merekahkan  kepala  Sampek  musnah.  Dan  sekejap,  mendadak  langit

               dipenuhi raungan panjang memilukan.


               Raungan kesedihan tiada tara.
   139   140   141   142   143   144   145   146   147   148   149