Page 142 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 142

lamat-lamat Sampek. Amat tenang dengan segala kecamuk di sekitar mereka. Bahkan

               terlihat tidak cemas dengan nasibnya.


               Belasan prajurit lolos dari hadangan rahib suci. Berhasil mencapai batu persembunyian,

               buas menebaskan pedangnya ke arah kakek-renta itu. Sampek meskipun sedang sedih
               berkepanjangan tetaplah pendekar kungfu yang baik, sekali pukul membuat mental dua

               penyerang.


               Kakek renta itu mendadak tertawa, “Kau berkelahi persis seperti seorang wanita!”



               Sampek  hanya  mendengus,  tidak  memedulikan.  Lebih  banyak  lagi  prajurit  yang  lolos
               dari hadangan selusin rahib suci. Sampek semakin sibuk menahan mereka mendekat.



               “Anak muda, kau belum menjawab pertanyaanku mengapa kau menangis?” Kakek renta
               itu kembali bertanya santai, di tengah Sampek mati-matian menahan serangan.



               Sampek  menggerung  kesal,  tidak  memedulikan  pertanyaan  itu.  Matanya  awas
               memperhatikan  setiap  gerakan  prajurit  lawan.  Celaka.  Selusin  rahib  suci  sekarang

               hanya  menyisakan  Penjaga  Pagoda  dan  Penjaga  Gerbang  yang  masih  berdiri  gagah
               melawan.  Sisanya  terkapar  tak  berdaya.  Ribuan  prajurit  merangsek  semakin  ganas

               mendekati batu persembunyian Sampek.


               Sampek  berseru  panik.  Prajurit  itu  datang  bagai  air  bah.  Dia  undur,  merapat  ke

               bongkahan batu besar. Berusaha mati-matian melindungi kakek-renta tersebut. Sampek

               sungguh tidak tahu mengapa semua prajurit ini beringas menyerang kakek-renta tidak
               berdaya  di  sebelahnya.  Dia  juga  tidak  tahu  mengapa  Rahib  Ketua  menyuruh  mereka

               menjemputnya dan harus melewati berkali-kali hadangan prajurit kerajaan.


               “Kau belum menjawab pertanyaanku, anak-muda!” Kakek renta itu bertanya sekali lagi,

               santai.
   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147