Page 44 - Sepotong Hati Yang Baru - Tere Liye
P. 44

Meskipun apa yang Ayah lakukan adalah hal gila, awak kapal adalah saudara sehidup

               semati, tidak terbilang berapa kali bersama-sama menerjang badai membawa muatan,
               tidak  terbilang  berapa  kali  dihadang  perompak,  bersama-sama  melawan.  Mereka

               membantu Ayah, kapal segera melepas sauh, pergi jauh dari kota itu.


               Kau tertawa Cindanita? Kenapa?



               Ahiya, kau benar, kisah Ayah mirip dengan aksi heroik Rama menyelamatkan Shinta.
               Kakek-kakek tua itu seperti Rahwana. Aku ikut tertawa, mengusap rambut hitam legam

               Cindanita.


               Lantas  aku  membawa  mempelai  wanita  itu  ke  kota  ini,  kota  kelahiranmu.

               Menurunkannya di pelabuhan. Dia masih sempat membawa uang, bekal berpergian. Dia

               dengan cepat beradaptasi, bekerja menjadi penjaga toko cokelat. Dan kami, jika sebuah
               kejadian sepele saja bisa membuat orang jatuh cinta, apalagai kejadian itu, kami jatuh

               cinta. Aku melanjutkan perjalanan menjadi  kelasi  kapal, mengelilingi dunia mengirim

               barang-barang muatan.


               Tiga  bulan  sekali  singgah  di  kota  ini,  menjenguk  mempelai  perempuan  itu.  Di  kali
               keempat aku singgah, kami melangsungkan pernikahan. Itu sungguh pesta pernikahan

               yang  hebat,  semua  undangan  berbahagia,  dan  yang  pasti,  kedua  mempelai  bahagia,

               tidak akan ada yang berusaha pergi. Mempelai perempuan itu adalah Ibumu, Nak.


               Kami membeli rumah kecil di dekat toko cokelat itu. Ibumu riang terus bekerja, dan aku

               kembali menjadi pelaut, yang beberapa bulan baru kembali singgah. Dua tahun berlalu,
               semua  berjalan  lancar,  seperti  tidak  akan  ada  masalah,  kami  bahagia  dengan  cara

               tersebut. Bertemu dua minggu, untuk berpisah tiga bulan. Berpisah tiga bulan, untuk
               bertemu dua minggu. Ayah mempercayai Ibumu, dan Ibumu mempercayai Ayah. Tidak

               ada yang perlu dicemaskan.


               Mata  bulat  hitam  Cindanita  berkerjap-kerjap menatapku.  Aku  tersenyum,  menyentuh

               pipinya yang berlesung.
   39   40   41   42   43   44   45   46   47   48   49